Kasman Hasbur: Pembangunan di Lingkar Tambang PT. VDNI Tak Berbasis Lingkungan

TOPIKterkini.com, Kendari – Pembangunan di lingkar tambang perusahaan PT. Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) Morosi, Kabupaten Konawe, dinilai tak berbasis lingkungan. Pasalnya, perusahaan tersebut sebagai biang kerusakan lingkungan di lingkar tambang sekitar yang menyebabkan berbagai bencana alam, terutama banjir bandang di beberapa desa.

“Pembangunan tak berbasis lingkungan jadi penyebab banjir di lingkungan lingkar tambang PT. VDNI, sebab menggenangi beberapa desa yakni Desa Laosu Jaya, Desa Kapoiala Baru, Desa Ulu Lalimbue, Desa Lalonggabuno dan Desa Labota Kabupaten Konawe serta dua Desa di Kabupaten Konawe Utara adalah Desa Banggina dan Desa Tobimeita”

Hal itu terlihat saat kami menelusuri desa desa yang kena dampak banjir dan berbincang-bincang dengan warga, kami menemukan beberapa persoalan serius akibat gagal paham pembangunan di Lingkar Tambang PT. VDNI. Tutur Kasman, S.Pd, kepada media TOPIKterkini.com. (27/6/19).

Dikatakan Kasman, S.Pd, bahwa pembangunan yang tak berbasis lingkungan selama ini di beberapa desa dilingkar tambang menyebabkan berbagai bencana alam, terutama banjir pada musim hujan tiap tahun akibat meluapnya aliran sungai.

“Banjir tersebut pun menjadi momok menakutkan bagi masyarakat setempat dan para petani, yakni hilangnya harta benda, gagal panen, sampai munculnya korban penyakit akibat penyebab banjir bandang, disinyalir karena pembangunan selama ini tidak mengindahkan kelestarian dan mengubah fungsi lahan,” ungkap Kasman.

Lanjutnya, pembangunan tak berbasis lingkungan pasti akan menyebabkan banjir di lingkungan sekitarnya. Penanganannya melalui pembangunan yang harus holistik, dari hulu hingga hilir. Dalam konteks sebagai penyangga hutan dan mata air itu tidak boleh diganggu. Kalau terjadi penebangan hutan dan penimbunan Tambak Empang, yah banjir di mana-mana. Daerah utara akan terdampak juga dalam hal ini dua desa di Konawe Utara (Banggina dan Tobimeita).

Selama ini, tambah Kasman Hasbur, bencana alam yang terjadi di suatu wilayah pasti ada solusi penanggulangannya. Dia pun menyakini kalau sungai difungsikan sesuai dengan yang seharusnya, tentu tak akan terjadi banjir, sekalipun terjadi banjir tapi tidak terlalu lama seperti yang terjadi saat ini. Ucap Kasman.

“Sungai harus segera dikeruk dari hulu hingga hilirnya. Kita ini sibuk di hilir, tapi tidak memperhatikan hulu. Kemudian di bagian hulu, hutan-hutan bakau yang dulu lebat harus tergantikan dengan pola yang sama walau berubah fungsi menjadi daerah industri, ditanami pohon kembali,” kata Kasman.

Selain itu, pemasangan gorong-gorong tidak boleh menghambat aliran air. Lebih jauh, perilaku hidup masyarakat yang sering membuah sampah ke sungai pun menjadi perhatian khusus.

“Kalau pasang gorong-gorong, itu tidak boleh menghambat air. Jembatan di sungai pun harus dibuat melengkung. Nanti, jika ada aliran air yang besar tidak membentur dinding jembatan,” ujar dia. Jangan terjadi seperti saat ini pembangunan Kantor-kantor dan pabrik tanpa mempedulikan pembangunan drainase yang tepat. ‘TERMASUK WARGA YANG SEDANG MEMBANGUN RUMAH KOST’. Sejatinya, harus pula memperhatikan keramahan lingkungan yang paling kecil adalah carikan jalan jalurnya air yang benar,”

Berdasarkan falsafah, kita harus memahami pembangunan itu harus berdasarkan trilogi pembangunan yakni (hutan harus berisi pohon), (lembah harus diisi kolam dan perusahaan harus membuat dan memperbanyak waduk), serta (daerah rata harus ditanami dan dirawat) bukan dihancurkan dan bukan nanti datang banjir dijalan baru mengobrak abrik lahan warga.

“Kalau tiga prinsip ini hilang dalam pembangunan berwawasan lingkungan, maka banjir dan bencana alam akan terus terjadi,” pungkas Kasman, S.Pd.

Laporan Jurnalis Sultra : Darman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *