KNPI DAN KEDOK SENIBUDAYA

KNPI DAN KEDOK SENIBUDAYA
Oleh: Halim HD
Budayawan Indonesia

Organisasi pemuda KNPI yang berdiri atas inisiatif rezim Orde Baru ini nampaknya tak lekang dari zaman. Runtuhnya rezim Orde Baru tidak membuat KNPI bertekuk lutut dihadapan sejarah. Ini patut kita acungi jempol.

Sangat mungkin dibalik keuletan KNPI bertahan dari gerusan zaman, disitu pula melalui organisasi ini terdapat enerji tersembunyi yang mengintai kesempatan untuk tampil dihadapan publik.

Dalam kasus ini hal itu terasa di wilayah Sulsel dan Makassar, berbeda dengan daerah lainnya di mana KNPI boleh dikatakan lenyap dari muka bumi. Melalui organisasi yang secara sinis masyarakat memandangnya sebagai organisasi onderbouw dari suatu rezim, dan kini kembali watak onderbouw itu dimunculkan kembali.

Tapi diantara watak ondebouw itu pula terjadi perpecahan didalam tubuh organisasi ini, yang sangat kuat kaitannya dengan sisa sisa masalah pemilihan gubernur Sulsel dua tahun yang lampau.

Tapi sekali lagi, watak onderbouw ini terus hidup: bergantung kepada rezim lokal atau kepada beberapa figur politisi yang sedang mencari kembali pijakan serta upaya untuk mempertahankan posisi dari gerusan sejarah. Karena melalui watak itulah organisasi pemuda ini dalam kasus di Sulsel dan Makassar bisa bertahan.

Dalam konteks ini KNPI dari faksi manapun yang ditolak oleh kaum seniman atas keinginan organisasi itu untuk menduduki gedung kesenian Societeit de Harmonie, berusaha untuk menghimpit himpitkan dirinya kedalam pencitraan senibudaya.

Upaya pencitraan ini salah satu cara KNPI untuk mempertahankan dirinya, yang sesungguhnya legitimasi mereka secara sosiologis sulit untuk dipertahankan.

Namun panggung politik di Sulsel dan Makassar penuh dengan tukang sulap politik yang selalu berupaya dengan berbagai cara untuk membentangkan ruang citra diri yang sudah koyak moyak oleh deru badai angin sejarah.

Adakah KNPI Sulsel akan kembali membentangkan layar baru, dengan cara cara lama, ataukah mengganti layar dengan mesin anyar di balik rezim lokal dan kaum politisi yang ingin mencuri citra melalui kegiatan senibudaya, misalnya bersama Parfi? Waktu yang akan menjawab.

Penulis: Halim HD.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *