Kapitalisme Yang Layak

Kapitalisme Yang Layak

Oleh : Teti Albaenati Aminah
(Mahasiswa Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN alauddin Makassar)

Istilah “Kapitalisme” kembali muncul dalam percakapan. Meruntuhkan, membongkar, mereformasi, memperbaiki, merestorasi – berbagai pendekatan terhadap kapitalisme didiskusikan dengan munculnya krisis.  Ketika krisis ekonomi menghantam Negara kapitalis liberal maka dunia tersentak. Kapitalis liberal yang selama ini diagung-agungkan sebagai ideologi terunggul di dunia yang dipercaya oleh kaum neo liberal untuk membawa kemajuan ekonomi ternyata mengalami kemandekan yang sangat serius.

Perekonimian kapitalis selalu merupakan perekonomian uang. Bila uang kehilangan kapasitasnya karena perkembangan inflasi, satu perekonomian uang tidak akan dapat berfungsi pada jangka waktu panjang. Argumentasi tanpa akhir dapat dilakukan tentang apakah perlawanan terhadap inflasi yang terjadi di Republik Federal Jerman, Amerika Serikat, Inggris Raya maupun negara lain terlalu keras. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa bank sentralbank sentral cepat atau lambat harus mengadopsi kebijakan moneter yang ketat yang pada gilirannya akan memicu penurunan pertumbuhan dan kenaikan angka pengangguran pada umumnya.

Pada umumnya, kejadian-kejadian yang terjadi dari akhir tahun 1960an dapat diinterpretasikan sebagai gambaran bagaimana gerakan-gerakan reformasi pada saat itu tidak berhasil menghasilkan sistem ekonomi yang stabil pada tingkat nasional maupun internasional. Hal ini bukanlah ekspresi krisis fundamental kapitalisme

TITIK-TITIK KELEMAHAN DALAM KAPITALISME KEUANGAN

Pertama-tama, pada tingkat nasional dan internasional, berbagai segmen sistem keuangan menjadi lebih terintegrasi. Misalnya, pada periode paska perang di hampir semua negara pasar-pasar riil estat dunia membentuk satu sektor berbeda yang memiliki sedikit hubungan atau hubungan yang diikat peraturan yang kuat dengan segmen sistem keuangan lainnya.

Kedua, apa yang disebut sebagai kegiatan securitisasi meningkat pesat seiring dengan pasar bebas yang tidak terikat dan berbagai inovasi keuangan dimungkinkan- produk-produk yang mana sebenarnya turut bertanggungjawab atas terjadinya krisis subprima.

Ketiga, sebagai dampak dari sekuritisasi pentingnya badan-badan pemeringkat menjadi meningkat, karena para pembeli sekuritas tidak memiliki informasi langsung sehingga harus bergantung pada para ahli dalam mengevaluasi sekuritas-sekuritas tersebut

Keempat, sistem perbankan komersil tradisional semakin berkurang perannya. Bank-bank investasi, perusahaan asuransi dan berbagai jenis dana telah mengambil alih semakin banyak kegiatan yang tadinya adalah wilayah bank tradisional.

KETIMPANGAN YANG MENINGKAT

dari model globalisasi pasar liberal selama beberapa dasawarsa ini adalah perubahan yang cukup signifikan dalam hal distribusi pendapatan. Dengan distribusi pendapatan, aset dan juga kesempatan yang semakin tidak setara, kapitalisme telah bergeser bentuknya dari layak menjadi lebih brutal, yang dapat terlihat jelas bahkan bila dipandang dari kacamata ideologis. Dalam bagian berikut ini, berbagai dimensi perubahan dipaparkan dan dijelaskan.

Terdapat sejumlah reformasi lainnya yang diperlukan di pasar keuangan yang sekarang ini telah dilihat sebagai hal yang tidak perlu dipertanyakan dan telah menuju ke proses legislatif. Meskipun perubahan ini penting, namun perubahan tersebut nampaknya tidak dapat menyelesaikan resiko mendasar dan volatilitas sektor keuangan dengan sendirinya.

  • Peningkatan persyaratan kecukupan modal: Dalam beberapa tahun menjelang krisis, bank mulai meningkat dalam menggunakan model resiko matematis untuk menjalankan kepemilikan modal ekuitas / equity capital holding
  • Menghapuskan insentif bagi peminjaman gegabah: Dalam proses sekuritisasi, bank dan asosiasi hipotek terkadang mampu untuk menjual seluruh hipotek (atau pinjaman lainnya) ke investor lainnya.
  • Sebuah kerangka baru dari lembaga pemeringkat kredit: Di masa lalu, lembaga pemeringkat kredit, sebuah kelompok kecil dari perusahaan AS yang kebanyakan swasta, biasanya dibayar oleh pihak yang mengeluarkan surat berharga.
  • Reformasi sistem pajak: Sistem pajak di banyak negara juga telah menciptakan insentif yang tidak baik untuk pengambilan resiko berlebihan 161 atau hutang. Sebagai contoh, di banyak wilayah dimungkinkan untuk memotong pembayaran bunga dari pinjaman sebagai biaya bisnis.

Di sini, peningkatan output ekonomi jelas diperlukan untuk mencapai kehidupan layak bagi populasi secara keseluruhan. Menyangkal barang dan jasa yang diperlukan khalayak ramai untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka adalah kejam dan tidak adil. Oleh sebab itu, setidaknya pada kasus ini, pertumbuhan ekonomi nampaknya menjadi solusi yang jelas. Alasan kedua mendukung upaya mencapai pertumbuhan ekonomi adalah bahkan di masyarakat yang kaya dan maju, masih ada kantong kemiskinan dan kebutuhan. Bahkan di Jerman, yang dianggap sebagai negara kaya dengan jaring pengaman sosial yang baik, sungguh membuat orang ingin menangis bila melewati proyek perumahan umum tertentu dan melihat jenis kekurangan yang ditinggali oleh para anak.

Tentu saja, selalu ada cerita mengenai raja dan ratu yang kaya, orang tua dengan banyak anak yang hidup dengan sejahtera dan yang memenuhi rumah mereka dengan perlengkapan elektronik terbaru dan video games seperti Playstation Sony atau Nintendo Wii versi terbaru. Namun, hal ini hanyalah satu bagian dari gambar keseluruhan. Bahkan di rumah tangga yang memiliki cukup banyak alat elektronik, mungkin terdapat kekurangan makanan berkualitas baik (makanan cepat saja lebih murah dari buah dan sayur segar) atau buku atau mainan lain yang penting bagi perkembangan anak.

Dari riset perilaku ekonomi dan kebahagiaan yang dikutip di atas, kita tahu bahwa orang lebih sensitif terhadap potensi kehilangan dari pada sesuatu yang mungkin dicapai dari barang dan jasa yang sama, dan oleh sebab itu meletakan lebih banyak beban pada yang pertama dari pada yang berikutnya

 

DAFTAR PUSTAKA

Akerlof, G.A. dan Shiller, R.J. (2010) Animal Spirits, Princeton University Press, Princeton, NJ.

AMECO (2010) Annual Macroeconomic Database, European Commission, Brussels.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *