Jurang Kesenjangan Semakin Lebar Di Indonesia
Oleh: Widya Ningrum
(Mahasiswi Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar)
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar ataupun kecil. Kelahiran merupakan faktor penambahan jumlah penduduk di samping migrasi jumlah kelahiran setiap tahun di Indonesia masih cukup besar. Jumlah penduduk di Indonesia ini jelas menimbulkan banyak masalah, antara lain kemiskinan, pendidikan dan lain-lain. Hal inilah memicu timbulnya permasalahan kesenjangan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Kesenjangan ini terpicu oleh adanya kemiskinan yang merajalela dan kurangnya lapangan pekerjaan.
Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat. Pencapaian ini telah mengurangi kemiskinan dan memperbesar jumlah kelas menengah keatas, namun manfaat dari pertumbuhan ekonomi ini lebih dinikmati oleh 20% rakyat kaya dan 80% penduduk yang merasa tertinggal. Inilah yang menjadi bukti kesenjangan di Indonesia relatif masih tinggi. Hal ini mengakibatkan timbulnya rasa kecemburuan yang muncul di masyakarat dan menyebabkan masyarakat menjadi iri dan dengki.
Persentase penduduk miskin pada Maret 2022 sebesar 9,54%, menurun 0,17 persen poin terhadap September 2021 dan menurun 0,60% poin terhadap Maret 2021. Pada Maret 2022, tingkat kesenjangan pengeluaran penduduk Indonesia yang di ukur menggunakan Gini Ratio sebesar 0,384. Angka ini meningkat 0,003 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2021 yang sebesar 0,381, namun tidak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2021 yang sebesar 0,384.
Berdasarkan kesenjangan Bank Dunia, distribusi pengeluaran pada kelompok 40% terbawah sebesar 18,06%. Berarti pengeluaran penduduk pada Maret 2022 berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah. Berdasarkan daerah, di perkotaan angkanya tercatat sebesar 17,07% yang berarti tergolong pada kategori ketimpangan rendah. sementara untuk pedesaan, angkanya tercatat sebesar 21,01%, yang juga berarti tergolong pada kategori ketimpangan terendah. Kesenjangan sosial di Indonesia masih menjadi masalah yang belum di selesaikan dan menjadi persoalan yang paling berat. Namun ironisnya masalah ini belum mendapatkan perhatian pemerintah melalui program khusus.
Kesenjagan sosial tetap saja tinggi. Seakan-akan nilai solidaritas sosial, gotong royong, nasionalisme, dan etos hidup sederhana tidak ada artinya. Demikian juga, kita sering mendengar pertanyaan tentang jati diri bangsa sebagai bangsa mendengar pertanyaan tentang jati diri bangsa sebagai bangsa yang berkebudayaan dengan solidaritas sosial tinggi. Masih banyak minoritas yang hanya memikirkan diri mereka sendiri. Konsekuensinya, kelompok yang meraup keuntungan tinggi hidup di tengah masyarakat yang sulit mengais rezeki. Disini pandemi telah melahirkan anomali sebagai keganjilan pada masyarakat. Salah satu bentuknya, kesenjangan sosial yang tidak membaik.
Untuk meminimalisir kesenjangan sosial di Indonesia pemerintah harus memberi akses yang sama kepada seluruh masyarakat untuk menggunakan fasilitas-fasilitas seperti pendidikan, teknologi dan ekonomi. Dengan mendapatkan akses yang sama, kesenjangan sosial di masyarakat bisa berkurang dan terminimalisir karena tidak ada perbedaan di kelompok masyarakat, pemerataan pembangunan seperti membangun fasilitas kesehatan, pendidikan di daerah terpencil. Pemerintah juga harus menciptakan peluang pekerjaan kepada masyarakat agar kesenjangan berkurang dan tingkat kemiskinan juga menurun di Indonesia, kemudian juga pemerintah seharusnya lebih mampu untuk mengembangkan kualitas dan kuantitas setiap penduduk agar kedepannya tidak ada sekte ditengah-tengah masyarakat kita.