PERISAI NTB dan Bawaslu NTB Ajak Generasi Milenial Dan Gen Z Awasi Pemilu

Topikterkini.com Lombok Barat(NTB) – Tingkatkan pengawasan pemilu 2024 Pertahanan Ideologi Syarikat Islam (PERISAI) NTB bersama dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi NTB ajak puluhan Milenial dan Gen Z ikut berpartisipasi dalam pengawasan pemilu. bertempat di salah satu rumah makan di kawasan Labuapi Lombok Barat (6/2/2024).

 

“Anak-anak muda berperan strategis dalam menentukan masa depan bangsa. Kita sebagai milenial dan Gen Z harus berpartisipasi aktif. Dengan cara ikut mengawasi jalannya pemilu” Demikian kata ketua PERISAI NTB, Parwadi dalam sambutannya

 

Selain itu, ia menghimbau generasi muda untuk tidak golput.

 

Dalam kesempatan itu juga para Milenial dan Gen Z itu mendeklarasikan pemilu damai dan bebas politik uang.

 

Komisioner Bawaslu Bidang Pencegahan dan komunikasi masyarakat Hasan Basri, yang menyemoatkan diri hadir dan memberikan materi  menilai gerakan pemuda harus  berpartisipasi dalam pemilu saat ini karena Bawaslu secara struktural tidak mampu mengawasi sendiri tanpa ada partisifasi dari gen Z dan masyarakat.

 

“Kami secara struktural tidak mampu mengawasi sendiri tanpa adanya pemuda dan masyarakat yang ikut mengawasi” Terang Hasan Basri

 

Hasan memaparkan bahwa dari 3,9 juta  lebih Pemilih  NTB, yang akan menentukan pemimpin bangsa ini, kedepan dengan jumlah personil pengawas desa (PKD) dan pengawas TPS ( PTPS) tidak akan bisa mengawasi secara maksimal pemilu ini sehingga langkah kongkret yang diambil oleh Bawaslu adalah langkah antisipatif dengan mengajak semua tokoh lintas agama, membentuk kampung pengawasan pemilu untuk mengantisipasi politik uang yang sangat masif terjadi jelang pencoblosan.

 

“Kami sudah mengajak semua tokoh lintas agama di NTB, dan membentuk kampung pengawasan pemilu sebagai wadah pemuda memantau pemilu ini” ungkap mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tersebut.

 

Sementara itu, Doktor Ilmu Komunikasi Politik UIN Mataram, Dr. Agus, M.S.i  menegaskan pentingnya kewaspadaan dini terhadap  politik uang yang saat ini sangat mengkhawatirkan yang bisa merubah hasil pemilu, hal ini sangat bisa  terjadi  menjangkiti para penyelenggara badan adhock peserta pemilu  yang sangat rentan dalam memainkan perannya membuat politik uang terjadi. Didukung lagi dengan orang tidak malu lagi melakukan hal yang di larang karena pokitik uang ini sudah menjadi budaya.

 

“Saat ini banyak orang yang mengharapkan memilih itu ya harus di bayar kalau gak di bayar gak memilih mereka” tegas Dr. Agus

 

secara struktural lanjut Agus memaparkan peran  pemerintah yang ikut dalam permainan politik praktis itu juga menjadi ancaman yang sangat laten dan masif dalam mempengaruhi pemilu karena polarisasi struktur pemerintah itu sampai  jajaranya kebawah sangat kuat.

 

“Netralitas ASN TNI-Polri polri itu sangat di harapkan supaya iklim pemilihan ini berjalan demokratis dan bermartabat” uangkap mantan komisioner KPU Provinsi NTB Ini

 

Sementara itu Doktor Ilmu Politik Dr. Ikhsan Hamid Pengamat Politik UIN Mataram juga menyoroti soal peran partisifatif dari Milenial dan Gen Z ini sangat krusial dalam pengawasan pemilu yang mampu  menentukan arah pemilu dan hasil pemilu tahun ini.  Dari data KPU mencatat  hampir 55 persen dari 3,9 juta pemilih pemilu tahun ini merupakan anak muda atau pemilih pemula yang itu artinya 1,5 juta pemilih adalah anak muda.

 

“Peluang besar bagi  peserta pemilu untuk menghadirkan informasi yang kreatif  kepada mereka terkait calon presiden dan caleg-caleg yang menjadi rujukan mereka untuk memilih calonnya” ucap Ikhsan Hamid

 

Ikhsan mengungkapkan juga politik uang bukan satu-satunya cara untuk mendulang suara termasuk suara pemilih pemula karena mereka merupakan pemilih rasional yang akan mempertimbangkan keunggulan dan potensi apa yang dimiliki oleh caleg serta yang paling penting program apa yang ditawarkan yang berkaitan dengan anak-anak muda.

 

“Saya kira pemilih pemula ini tidak selalu bicara uang karena mereka rasional menilai caleg yang akan mereka pilih” imbuh Ikhsan

 

Sosialisasi dan kampanye didetik akhir menggunakan media sosial atau digital menjadi langkah cerdas bagi peserta pemilu menjangkau pemilih pemula yang rata-rata mereka menguasai teknologi dan menjadi pegiat platform media sosial dengan berbagai bentuk dan fitur yang dimiliki mampu menjangkau mereka yang tidak mampu dijangkau secara tatap muka. Dengan begitu langkah gerak semua element masyarakat dan pemuda akan mampu menghadirkan pemilu damai tanpa adanya politik uang yang seakan menjadi rukun dalam pemilu.

(Foel/TT-01).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *