Topikterkini.com-Makassar- Pada dua edisi sebelumnya, Dr. Asia Ramli Prapanca, M. Pd telah menyampaikan hasil pengamatannya terhadap tiga grup teater, yaitu Sinerji Teater, Grisbon, dan SMPN 15 Makassar. Terkhusus Grisbon yang menampilkan La Coki (Meongpalo Karrelae), Ram Prapanca panggilan akrabnya menambahkan performa fisik atau gerak tubuh dari pemain anak-anak perlu ditingkatkan. Sementara itu, peran Meongpalo yang dimainkan oleh Bahar Merdhu dinilai cukup baik.
Pada edisi penutup kali ini, dua pengamat lainnya, Arman Dewarti (sutradara dan sineas) dan Dr. Arifin Manggau, M. Pd (Akademisi / Ketua DKSS), akan memberikan pandangan mereka mengenai pergelaran teater daerah 2024 yang diselenggarakan oleh UPT Taman Budaya Benteng Somba Opu pada 21-22 Agustus lalu.
Arman Dewarti, “Merekomendasikan Dramatic Reading”
Menurut Arman Dewarti memberikan ulasan yang mendalam setelah menonton pertunjukan tersebut. Dari tiga penampil, dua di antaranya menyampaikan cerita secara naratif, sementara satu lagi bersifat non-naratif. Meskipun ketiga penampilan tersebut dianggap menarik, Arman menyoroti peran aktor-aktornya. Sang Karaeang dianggap sudah mumpuni, namun dua penampil anak-anak yang berbakat dirasanya kurang optimal karena sutradara tampak memaksa mereka untuk menghafal teks yang terlalu banyak.
Arman mengkritik pendekatan sutradara yang terlalu fokus pada penghafalan teks, terutama untuk aktor-aktor muda yang menurutnya lebih baik dibiarkan untuk mengekspresikan diri melalui visualisasi dan adegan tanpa terlalu banyak “dicekoki” teks. Ia berpendapat bahwa potensi aktor seharusnya menjadi fokus utama pengembangan, dan metode penyutradaraan yang terlalu bertumpu pada teks perlu dipertimbangkan kembali.
Meski demikian, Arman tetap merasa terhibur dengan ketiga pertunjukan tersebut. Namun, ia menyarankan agar naskah-naskah tersebut mungkin lebih baik dibacakan atau dipresentasikan melalui dramatic reading, yang bisa memberikan kebebasan imajinasi visual kepada penonton tanpa harus terpengaruh oleh adegan yang ada di panggung.
“Saya yang sudah 20 tahun bergelut dengan visual dan teater visual,”ujar Arman yang menekankan pentingnya teater yang dapat berdiri sendiri tanpa terlalu bergantung pada teks, melainkan lebih fokus pada kekuatan visual dan interpretasi bebas dari penonton.
Dr. Arifin Manggau, M.Pd, “Terkesan Ketiga Penampil”
“Walaupun latar belakang saya adalah musik, saya sering terlibat dalam pengiringan teater dan memiliki pemahaman yang cukup tentang anatomi dramaturgi teater. Saya sangat terkesan dengan ketiga pertunjukan yang luar biasa ini. Setiap sutradara memiliki karakter dan ciri khasnya sendiri yang membuat masing-masing karya menonjol dengan keunikan tersendiri.
Yudhistira Sukatanya, dengan pendekatan konvensionalnya, menunjukkan keahlian yang mendalam dalam dramaturgi dan memanfaatkan aktor-aktor berpengalaman, menciptakan sebuah karya yang sangat kuat dan berkarakter. Sementara itu, Bahar Merdhu menunjukkan kemampuannya yang luar biasa dalam merancang ruang bagi anak-anak untuk bermain teater. Saya sangat kagum dengan cara ia mengeksplorasi transformasi aktor-aktornya, seperti perubahan dari tikus menjadi Gen Z. Itu benar-benar brilian dan menginspirasi.
Aliem Prasasti, seorang penyair yang tiba-tiba mengarahkan teater, juga membuat saya takjub. Namun, saya ingin memberi saran agar Aliem lebih memikirkan bagaimana menginterpretasikan cerita-ceritanya kepada penonton. Tidak semua sejarah atau kisah masa lalu dapat dengan mudah ditransfer ke generasi muda tanpa adanya adaptasi yang tepat. Ini adalah tantangan bagi sutradara untuk menginterpretasikan fenomena sejarah di atas panggung.
“Saya merasa ada beberapa aspek yang bisa diperbaiki dalam pementasan tadi, khususnya dalam hal komposisi. Ada momen-momen di mana keseimbangan antara aksi panggung dan suasana belum sepenuhnya terjalin,”ujar Arifin Manggau seraya memberikan contoh, ketika adegan shalat berlangsung, mungkin lebih baik jika ruang-ruang di atas panggung dimanfaatkan secara lebih efektif agar pesan yang ingin disampaikan lebih kuat.
Akhirnya secara umum kegiatan berjalan dengan baik sampai selesai dan berhasil menyuguhkan karya-karya yang menggugah emosi, dengan masing-masing grup teater menampilkan keunikan dan kekhasan budaya lokal yang sangat kental. Acara ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga sebagai sarana edukasi bagi masyarakat mengenai kekayaan budaya Nusantara. Pergelaran Teater Daerah ini diharapkan dapat menjadi agenda rutin yang terus ditingkatkan kualitasnya, sehingga dapat menjadi salah satu ikon budaya di Makassar. (habis)
Laporan: PW/Rachim Kallo/Redaksi