Susah Melihat orang Senang dan Senang Melihat orang Susah, yang dalam hal ini penulis mengistilahkannya ‘SMS Quadrat’, ternyata semakin menggejala, bahkan menjadi penyakit jiwa berkelanjutan.
Dan sangat berbahaya menghancurkan urat nadi kesadaran melihat situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan terhadap mensikapi segala sesuatunya di ruang publik.
Berkepanjangannya penyakit hati yang paling parah menurut hemat penulis, semakin membabi-buta dipertontonkan oleh para pembenci kekuasan dengan berdalih bahwa apa yang menjadi pendapat mereka adalah yang paling benar dan tidak mau untuk dikoreksi tidak ada kebenaran selain versi mereka yang selalu menyebarkan hoax.
Maka ketika gelar Akademik Doktor yang didapatkan oleh seorang Bahlil Lahaladia dipersoalkan oleh segelintir orang-orang yang berharap bisa menunjukkan eksistensinya menguliti kekuasaan yang dibencinya.
Akan tetapi justru berakibat fatal jika tidak merujuk kepada aturan dan peraturan yang berlaku pada proses yang dijalankan dengan melakukan tudingan kepada Mantan Bendahara Umum PB HMI tersebut.
Apakah seorang Bahlil Lahaladia yang kini salah seorang pesohor publik di tanah politik tanah air, akan menjerumus dirinya ke jurang kebodohan yang kemudian akan mempermalukannya sebagai ruh insan akademis, pencipta, pengabdi yang berlandaskan Al Qur’an dan Al Hadist?
Jika hanya untuk by disign memperkokoh eksistensinya di negeri ini dengan gelar Akdemik Doktor yang disandangnya secara formal didapatkan cara-cara yang tidak bermartabat?
Dan apakah juga Universitas Indonesia sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri elit dan ternama tidak memiliki management profesional sehingga melakukan langkah yang berdampak negatif terhadap citra UI di mata dunia pendidikan?
Bagi penulis, selevel Bahlil Lahaladia bukanlah sosok abal-abal apalagi kaleng-kaleng. Apalagi dengan perjalanan hidup yang dilalui penuh dengan perjuangan dan pengorbanan, tentu dalam hal mengemas kemampuan dirinya sebagai insan pencipta, pengabdi sekaligus politikus yang memiliki bibit dan bobot intelektual nan mumpuni.
Segala sesuatunya sudah dipersiapkan yang terkait penguasaan ilmu dan jalur yang ditempuhnya untuk mendapatkan Gelar Akademik yang diakui tanpa aksi tipu-tipu.
Maka seketika muncul kepanikan dari oknum-oknum yang diduga menyimpan kebencian lalu mempersoalkan terlalu cepanya Gelar Doktor yang didapatkan oleh Bahlil Lahaladia menyeruak ke ranah publik, penulis hanya memastikan jika Ketua Umum Partai Golkar ini tersenyum simpul sambil terkekeh-kekeh hingga tertawa terbahak-bahak.
Dengan menyaksikan betapa dangkalnya para musuh politiknya membangun dan menyerang dengan berbagai opini bernada kebencian yang sangat tendensius menyudutkan pria kelahiran 47 tahun silam ini.
Sekali lagi penulis tegaskan bahwa untuk mendapatkan gelar Doktor bagi seorang Bahlil Lahaladia dengan cara-cara terhormat pasti dia lakukan.
Segala sesuatunya terkait strategi dan taktik telah dipersiapkan oleh Bahlil dengan sebaik-baiknya sesuai standar akademik di Universitas Indonesia.
Persoalan cepat atau lambatnya Bahlil Lahaladia dalam menyelesaikan proses akademik yang dilaluinya di UI, tentunya sudah ada pakem yang mengatur syarat mahasiswa S3 mendapatkan gelar Doktor.
Maka penulis mengajak kepada seluruh pihak agar dapat mengkonsumsi berita publik secara cerdas dan tidak termakan arus profokasi yang akhirnya bermuara kepada ujaran kebencian dan berakibat kepada fitnah yang menyakitkan.
Jikapun ada pihak-pihak yang merasa benar dengan data dan fakta melakukan tudingan kepada Bahlil Lahaladia yang menurut dugaan mereka melakukan kecurangan berjamaah sehingga Bahlil mendapatkan gelar Doktor dari UI, dipersilahkan dengan cara dan jalur elegen, misalnya gugatan secara formal kepada lembaga hukum terkait.
Tanpa koar-koar dan secara masif tidak hanya mempersoalkan gelar Doktor yang didapatkan Bahlil itu, namun menjurus menyerang pribadi Bahlil dan berakibat terjadinya potensi adu domba yang dapat merusak keharmonian anak bangsa.
Saatnya kita semua menjauhi perpecahan dan permusuhan. Secara objektif, harus kita kawal bersama persoalan Gelar Akademik Doktor yang disandang oleh Bahlil ini.
Namun jangan sampai mengadu domba berakibat menyebabkan perpecahan dan permusuhan di antara individu dan kelompok.
Rasulullah SAW bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَنَافَسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا (رواه البخاري ومسلم)
“Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dustanya perkataan. Janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, memata-matai, berkompetisi tidak sehat, saling hasad, saling benci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan sampai kita menghancurkan keharmonisan masyarakat dengan melakukan hal-hal yang tidak sesuai aturan dalam menyampaikan perbedaan ataupun adanya dugaan konspirasi yang tidak sesuai aturan dalam menentukan dan menetapkan Gelar Akademik milik Bahlil.
Bersama kita jauhi perbuatan adu domba yang menghancurkan keharmonisan dan kerukunan dalam masyarakat, menciptakan suasana penuh ketidakpercayaan dan ketidakstabilan.
Di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (18-10-2024). Bahlil mengatakan bahwa dia kuliah sesuai aaturan itu minimal S3 itu, karena saya kan by riset, itu minimal 4 semester. Dan saya sudah 4 semester.
Bahlil juga menjelaskan, dirinya mengikuti kegiatan kuliah, konsultasi dan seminar. “Saya sudah 4 semester. Dan saya kuliah, datang, konsultasi, seminar semua ada,” tambahnya.
Dikutip dari laman Kementerian ESDM, sebelum sampai pada tahap Sidang Terbuka Promosi Doktor, berdasarkan pernyataan resmi yang disampaikan oleh pihak UI.
Bahlil Lahadalia sebagai mahasiswa riset Program Studi Doktor Kajian Stratejik Global SKSG UI telah menempuh rangkaian tahapan ujian.
Seminar I yang dilakukan pada 15 Juni 2023, Seminar 2 pada 26 Oktober 2023, Seminar 3 pada 22 Desember 2023, dan Ujian Proposal Riset pada 27 Januari 2024.
Selanjutnya Bahlil Lahadalia menempuh Ujian Hasil Riset pada 19 Juni 2024, Ujian Seminar Hasil Riset I pada 10 Juli 2024, dan Ujian Hasil Riset 2 pada 27 September 2024.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia tak mau ambil pusing soal investigasi yang dilakukan Dewan Guru Besar Universitas Indonesia (UI) terkait pemberian gelar doktor kepadanya.
Bahlil menegaskan bahwa dirinya telah menjalankan seluruh proses studi sesuai dengan mekanisme yang berlaku di UI.
“Itu urusan UI. Saya menjalankan studi di UI sesuai dengan aturan dan mekanisme yang ada di UI,” kata Bahlil di Jakarta, Sabtu (19-10-2024).
Bahlil menyebutkan bahwa semua tahapan sudah dilakukan, tidak ada yang dilewatkannya.
Bahlil juga mengatakan, jika ada yang tidak berkenan atau mempertanyakan hasil disertasi miliknya, itu merupakan urusan internal yang tak ingin dia campuri.
Ketua umum Partai Golkar ini memastikan hal tersebut sudah sesuai dengan aturan yang berlaku.
“Jadi kalau ada yang mempertanyakan, itu urusan internal mereka. Saya hanya mengikuti aturan yang ditetapkan oleh UI,” tegas dia.
Diketahui bahwa Dewan Guru Besar Universitas Indonesia membentuk tim investigasi untuk menyelidiki kejanggalan dalam pemberian gelar doktor dengan predikat cumlaude kepada Bahlil.
Gelar Doktor itu menjadi sorotan karena Bahlil menyelesaikan studinya dalam waktu relatif singkat, yakni 1 tahun 8 bulan.
“Kami bersama Senat Akademik UI sudah membentuk tim investigasi untuk memeriksa kasus ini,” ujar Ketua Dewan Guru Besar UI, Prof. Harkristuti Harkrisnowo, dikutip penulis dari Kompas.com.
Harkristuti menyebut bahwa tim investigasi dibentuk karena adanya sejumlah kejanggalan yang ditemukan dalam proses pemberian gelar doktor kepada Bahlil.
Adapun Bahlil meraih gelar Doktor setelah dinyatakan lulus dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI).
Sidang berlangsung di Gedung Makara Art Center UI pada Rabu (16-10-2024) dan dipimpin oleh Ketua Sidang Prof. Dr. I Ketut Surajaya, S.S., M.A.
Penguji dalam sidang tersebut terdiri dari Dr. Margaretha Hanita, S.H., M.Si., Prof. Dr. A. Hanief Saha Ghafur, Prof. Didik Junaidi Rachbini, M.Sc., Ph.D., Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si., dan Prof. Dr. Kosuke Mizuno.
Sementara promotor sidang doktor Bahlil terdiri dari Prof. Dr. Chandra Wijaya, M.Si., M.M, serta ko-promotor Dr. Teguh Dartanto, S.E., M.E dan Athor Subroto, Ph.D.
Bahlil mengangkat isu hilirisasi komoditas nikel dalam disertasinya yang berjudul ‘Kebijakan, Kelembagaan dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia’.
Sementara itu, mengutip Kompas.id, Dewan Guru Besar UI menggelar rapat Komite I pada Jumat (18-10-2024), yang salah satu agendanya disebutkan tentang diskusi etika dan moral kasus Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG).
Oleh : Maulana Maududi (Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Central Analisa Strategis DPP CAS)