TOPIKTERKINI.COM – MAKASSAR: Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Prof HM Nurdin Abdullah, menyerahkan berbagai penghargaan dan bantuan dari Pemerintah Kota Makassar, pada puncak HUT ke-412 Kota Makassar, di Lapangan Karebosi Makassar, Sabtu 9 November 2019. Diantaranya, penyerahan 27 ambulans kepada puskesmas dan Kapal Pelayanan Rakyat (Pelra) Banawa Nusantara 2019.
Gubernur Nurdin Abdullah dalam sambutannya, mengapresiasi apa yang telah dicapai Kota Makassar di usia 412 tahun ini.
“Alhamdulillah kita telah mendengarkan progres peningkatkan prestasi yang telah dicapai Kota Makassar. Tentu ini berkat sinergi, kolaborasi yang telah kita lakukan untuk membantu penjabat Wali Kota Makassar. Maupun hasil-hasil yang telah dicapai oleh pejabat wali kota sebelumnya,” kata Nurdin Abdullah.
Ia pun meminta agar semua unsur mendukung Penjabat Wali Kota, M Iqbal Suhaeb, dalam menjalankan tugasnya, agar cita-cita bersama dapat dicapai.
“Sekali lagi saya titip kepada seluruh pejabat Pemerintah Kota Makassar di ulang tahun ke-412 ini, mari kita dukung Pak Wali. Mari kita bekerja profesional, tidak ada sekat, tidak ada kubu-kubu itu saya minta, itu saya tegaskan,” tegasnya.
Selain mengapresiasi keberhasilan Kota Makassar, Nurdin Abdullah juga menyampaikan beberapa hasil evaluasi. Seperti fasilitas pelayanan kepada masyarakat, persoalan kemacetan dan air bersih.
Ia berharap, momen perayaan hari ulang tahun ini tidak hanya menjadi ajang seremonial dan formalitas saja. Tetapi acara ini betul-betul digunakan untuk meningkatkan kembali kinerja.
“Di kesempatan ini saya juga mengingatkan kepada kita semua, bahwa masyarakat sudah menunggu kerja-kerja nyata kita, yang bisa kita berikan kepada mereka. Kota Makassar memiliki potensi untuk menjadi sebuah kota megapolitan,” ujarnya.
Sedangkan, Wali Makassar, M. Iqbal Suhaeb, menyebutkan, hari jadi ke-412 adalah sebuah perjalanan panjang sejak perjuangan para pendahulu. Kota Makassar mengalami perkembangan signifikan karena kerja dari pemerintah dan juga sektor swasta serta masyarakat kota.
Adapun kondisi Makassar terkini disampaikan M Iqbal Suhaeb dengan data sumber BPS tahun 2019. Yakni, dengan indikator Pertumbuhan Ekonomi 8,60 persen, Inflasi 3,10 persen, Kemiskinan 4,41 persen, Gini Ratio 0,39 persen, PAD Rp 1,6 triliun, APBD Rp 4,2 triliun, Belanja Modal 36 persen, PDRB (ADHB) Rp 181 triliun, pendapatan perkapita Rp122 juta dan Kepuasan Masyarakat 77,47 persen.
“Apa yang digambarkan ini bahwa Pemerintah Kota Makassar melakukan sesuai dengan koridor pelayanan pemerintahan,” kata M
Iqbal Suhaeb.
Sementara, Ketua DPRD Makassar, Rudianto Lalo, menyampaikan sejarah Kota Makassar yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan saat ini. Bahkan nama Kota Makassar sendiri pernah berganti nama secara resmi menjadi Ujung Pandang sejak tahun 1971 sampai dengan tahun 1999.
Awal kota Makassar dan bandar Makassar berada di muara Sungai Tallo dengan pelabuhan niaga
kecil di wilayah itu pada penghujung abad XV. Sumber-sumber Portugis memberitakan,
bahwa bandar Tallo itu awalnya berada di bawah Kerajaan Siang di sekitar Pangkajene. Pada pertengahan abad XVI, Tallo bersatu dengan sebuah kerajaan kecil lainnya yang bernama
Gowa, dan mulai melepaskan diri dari Kerajaan Siang, bahkan menyerang dan menaklukkan kerajaan-kerajaan sekitarnya.
Akibat semakin intensifnya kegiatan pertanian di hulu Sungai Tallo, mengakibatkan pendangkalan sungai Tallo, sehingga bandarnya dipindahkan ke muara sungai Jeneberang, disinilah terjadi pembangunan kekuasaan kawasan istana oleh para ningrat Gowa-Tallo yang kemudian membangun pertahanan benteng Somba Opu, yang seratus tahun kemudian menjadi wilayah inti Kota Makassar. Pada masa
pemerintahan Raja Gowa XVI, didirikan Benteng Rotterdam, pada masa itu terjadi peningkatan aktivitas pada sektor perdagangan lokal, regional dan internasional, sektor politik serta sektor pembangunan.
Hanya dalam seabad saja, Makassar menjadi salah satu kota niaga terkemuka dunia yang dihuni lebih 100.000 orang (kota terbesar ke 20 dunia). Pada zaman itu jumlah penduduk Amsterdam, yang termasuk kota kosmopolitan dan multikultural baru mencapai sekitar 60.000 orang.
“Perkembangan bandar Makassar yang demikian pesat itu, berkat hubungannya dengan perubahan-perubahan pada tatanan perdagangan internasional masa itu,” papar Rudianto.
Raja Gowa ke-XIV I Mangngarangi Daeng Manrambia dengan Gelar Sultan Alauddin (memerintah Tahun 1593-1639), dan dengan Mangkubumi I-Mallingkaang Daeng Manyonri Karaeng Katangka yang juga sebagai Raja Tallo. Kedua raja ini, yang mulai memeluk Agama Islam di Sulawesi Selatan.
Pada tanggal 9 Nopember 1607, tepatnya hari Jum’at, diadakan shalat Jum’at pertama di Mesjid Tallo dan dinyatakan secara resmi bahwa penduduk Kerajaan Gowa-Tallo telah memeluk Agama Islam, pada waktu bersamaan pula, diadakan shalat Jum’at di Mesjid
Mangallekana di Somba Opu.
“Tanggal inilah yang selanjutnya diperingati sebagai Hari Jadi Kota
Makassar sejak Tahun 2000, yang sebelumnya hari jadi kota Makassar diperingati pada tanggal 1 April setiap tahunnya,” jelasnya.(*)
Sumber: Humas Pemprov Sulawesi Selatan
Editor: Ani Hammer