TOPIKTERKINI.COM: Karya seni selalu mengirim pesan universal. Demikian juga karya film. Film Baji Ati ini, diadopsi dari cerita biografi seniman asal Makassar, sarat pesan cinta. Cinta telah melintasi sekat etnis, agama, ras, dan suku. Cinta telah merawat univeralitas kebhinnekaan itu.
Film Ati Raja ini, menyuguhkan relasi antar sekat. Selama hidupnya, sosok utama dalam film ini, Ho Eng Dji, telah menorehkan pelbagai karya menakjubkan.
Tersebutlah, lagu ciptaan Ho Eng Dji yang populer terutama penikmat lagu-lagu Bugis-Makkasar tempo doeloe: Ati Raja, Sailong, Dendang-dendang, dan Amma Ciang.
Kisah seorang penyair etnis Tionghoa dengan lika liku kehidupannya, hingga asmara cintanya.
Pada usia belia, Baba Tjoi nama panggilan Ho Eng Dji sempat mengenyam pendidikan rendah di sekolah partikelir milik orang Melayu Ince Bau Sandi di Makassar.
Di sekolah itu, dia mengenal sastra Melayu dan sastra Makassar serta belajar menulis lontara dan bahasa Makassar.
Ketika Baba Tjoi menginjak usia remaja, ia menunjukkan bakat musik yang luar biasa. Sunggu impresif.
Sebagai manusia biasa, Baba Tjoi memiliki perjalanan hidup penuh kronika dan dinamika dgn pelbagai suka-duka.
Ia berulang kali bekerja dlm bidang perdagangan, tetapi pilihan hidupnya, tetap bermain musik hingga akhir hayatnya.
Kendati ia tidak punya pendapatan tetap, tetapi ia tidak pernah melarat dan kesulitan ekonomi.
Kehidupan cintanya diwarnai oleh beberapa gadis yang membuat hatinya selalu berbunga.
Kendati, pada akhirnya ia harus mengalami kekecewaan berulang. Ujung kusah, Sang Cinta mempertemukannya dengan seorang perempuaan yg telah pernah berumah tangga.
Inilah pesan univerasilitas dari pesan cinta. Pesan lintas sekat. Pesan kebhinnekaan. Pesan kearifan lokal.
Mukhaer Pakkanna (ITB Ahmad Dahlan Jakarta)