Hari Ayah Nasional pertama kali diperingati pada 12 November 2014. Inisiatif ini datang dari paguyuban Satu Hati, lintas agama dan budaya yang tergabung dalam Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP). Organisasi ini meresmikan peringatan tersebut sebagai pengakuan atas peran penting ayah dalam membentuk karakter dan kesejahteraan keluarga.
Peringatan Hari Ayah bermula dari kegiatan PPIP yang mengadakan lomba menulis surat untuk ibu dalam rangka merayakan Hari Ibu.
Pada akhir acara, banyak peserta yang bertanya mengenai lomba serupa untuk ayah. Saat itu, Indonesia belum memiliki agenda khusus untuk memperingati peran ayah.
Melihat antusiasme dan pentingnya peran ayah dalam keluarga, PPIP merasa perlu mengadakan peringatan khusus bagi para ayah.
Ayah, sebagai kepala keluarga, memegang peranan vital dalam memberikan rasa aman, cinta kasih, serta mendidik anak-anaknya.
Peringatan Hari Ayah menjadi momen refleksi bagi masyarakat untuk mengapresiasi peran ayah dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya Hari Ayah Nasional, diharapkan masyarakat Sulawesi Tengah semakin menyadari pentingnya peran ayah dalam keluarga, sehingga tercipta hubungan yang lebih harmonis antara anggota keluarga.
Ahmad Ali menyebutkan bahwa peringatan ini bukan hanya sekadar seremonial, melainkan sebagai pengingat akan pengorbanan dan kasih sayang yang diberikan oleh para ayah.
Ayah tak hanya tentang memiliki anak. Meski panggilan ini ada memang karena lahirnya anak ke dunia. Ada beberapa peran yang harus dipahami sebelum seseorang siap menjadi seorang Ayah.
Ayah sebagai pemecah masalah. Dengan ayah, (mestinya) tak ada jarak emosi. Bersama ayah, pemecahan masalah (mestinya) bukan lagi sekadar soal teknis, melainkan ada kasih saying yang turut terisi.
Banyak hal sepele dan mudah di mata ayah, tapi bagi anak ternyata itu masalah. Mulai dari memompa ban sepeda, atau sekadar mengikat tali ayunan di belakang rumah.
Semua itu menjadi sarana bagi ayah untuk mendekati anak sekaligus menanamkan nilai dan pelajaran pada mereka. Seorang ayah yang aktif terlibat dalam kehidupan anak dapat menjadi inspirasi dalam memecahkan masalah.
Ayah memiliki kesempatan menunjukkkan kepada anak-anak mereka bagaimana membuat keputusan. Bagaimana bertindak atas dasar keputusan itu.
Juga bagaimana mesti menyikapi akibat dari keputusan yang mereka ambil. Ini melatih tanggung jawab anak, kemandirian, serta kemampuan mengandalkan diri sendiri.
Anak yang banyak mendapat inspirasi pemecahan masalah dari ayahnya cenderung akan lebih tenang, sehingga lebih menarik perhatian teman dan gurunya.
Sebaliknya, anak yang tidak punya teladan yang baik dalam memecahkan masalah, rawan terjebak pada cara menyelesaikan masalah yang tak tepat.
Anak yang tak memiliki cukup keterampilan menyelesaikan masalah, cenderung akan tumbuh menjadi orang yang tidak mandiri. Ia tergantung pada bantuan orang lain. Ada kalanya, ayah terlambat melibatkan diri dalam pemecahan masalah anak.
Ayah sebagai teman bermain. Seorang anak bisa belajar lewat kegiatan bermain. Begitu juga seorang ayah bisa menanamkan banyak nilai dan pelajaran melalui kegiatan bermain bersama anaknya.
Minimal, anak dapat belajar menyukai ayah mereka. Belajar percaya pada ayah mereka. Anak belajar membangun ikatan emosi positif dengan ayahnya.
Permainan bersama ayah juga akan melengkapi aspek fisik anak. Sebab, biasanya, ayah cenderung mengajak anak melakukan permainan yang sifatnya fisik.
Seperti mengayun anak, kejar-kejaran, dan semisalnya. Permainan seperti ini bagus untuk membangun otot dan koordinasi fisik anak.
Ayah sebagai pemandu prinsip. Ayah memiliki peran mengajarkan anak tentang perilaku yang diharapkan secara sosial.
Ini membantu anak-anak untuk belajar perbedaan antara yang benar dan salah, serta memampukan anak-anak untuk mengalami dan memahami konsekuensi-konsekuensi dari perilaku mereka sendiri.
Ayah yang memberikan panduan untuk anak-anak mereka, tak hanya mempertahankan “otoritas”- nya, tetapi juga bermakna bisa menggunakannya dengan efektif.
Ayah sebagai penyedia. Secara umum, seorang ayah dianggap sebagai penyedia keperluan sumber daya utama bagi keluarga. Ayah menyediakan uang, makanan, tempat tinggal, pakaian untuk anak dan keluarganya.
Akan tetapi, ayah tak hanya penyedia keperluan materi. Ayah juga bisa menjadi penyedia pengasuhan untuk anak. Seringkali para ayah menganggap bahwa tugasnya hanya sekadar penyedia keperluan yang bersifat material.
Ini tentu pendapat atau pandanganyang tidak tepat. Ayah perlu terlibat menyediakan bimbingan, bermain bersama anak, terlibat dalam kegiatan sekolah anak, dan kegiatan-kegiatan komunitas yang mendukung perkembangan anak.
Ketika para ayah mengenali diri mereka sebagai pengasuh, mereka cenderung nyambung dengan orang tua lain serta para penyedia pengasuhan anak di masyarakat.
Sekaligus, ayah bisa menjadi pihak yang dengan sungguh-sungguh mengupayakan teraihnya kesejahteraan anak.
Idealnya, ayah mengambil peran yang besar dalam menyiapkan anak untuk menghadapi tantangan hidup. Misal, dengan sering mengajak anak berbincang tentang nilai-nilai dan moral keluarga, serta contoh perilaku yang pantas.
Untuk melakukan ini, seorang ayah tak perlu menunggu anaknya dewasa. Sebaiknya dilakukan sejak anak usia dini, dan berlanjut hingga sepanjang hidupnya.
Kedekatan ayah dengan anak, serta keteladanan yang diberikannya, akan menjadi inspirasi bagi anak ketika kelak menjadi orang tua.
Menurut Ahmad Ali, sosok Ayah memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa, di antaranya sebagai pemandu prinsip.
Dan Ayahlah yang mengajarkan anak-anak tentang perilaku yang diharapkan secara sosial, sehingga anak-anak dapat memahami perbedaan antara yang benar dan salah.
Ayah juga berperan dalam membentuk karakter anak-anak, seperti kejujuran, kedisiplinan, dan keteguhan.
Lalu Ayah menjadi model utama bagi anak laki-laki dalam memahami apa artinya menjadi seorang pria.
Ayah pun dapat menanamkan nilai-nilai anti-korupsi kepada anak-anak, seperti bahaya korupsi, konsekuensinya, dan cara melawannya.
Ayah sebagai pencari nafkah bertanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan seluruh keluarga.
Selain itu, ayah juga dapat memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada anak-anak, membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial, dan mempengaruhi aspirasi pendidikan dan karier anak-anak.
Keterlibatan aktif seorang ayah dalam pengasuhan anak memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak.
Meskipun tidak mengalami proses biologis yang sama seperti ibu, ayah memiliki peran unik dalam membentuk identitas dan kemandirian anak.
Oleh karena itu, kurangnya perhatian terhadap peran ayah dalam pengasuhan anak dapat berdampak pada perkembangan emosional dan sosial anak.
Kehadiran dan keterlibatan ayah memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan identitas anak di Indonesia, seperti halnya di mana pun di dunia.
Menurut laman gerakanindonesiaberadab.org.com berikut adalah beberapa cara di mana peran ayah mempengaruhi identitas anak:
1. Model Peran Gender: Ayah sering kali menjadi model utama bagi anak laki-laki dalam hal apa artinya menjadi seorang pria, termasuk nilai-nilai maskulinitas, tanggung jawab, dan cara berinteraksi dengan dunia luar. Bagi anak perempuan, ayah bisa menjadi model untuk memahami dinamika hubungan antar gender dan harapan terhadap perempuan.
2. Penguatan Identitas Sosial: Keterlibatan ayah membantu anak memahami identitas mereka dalam konteks keluarga dan masyarakat. Ayah sering kali memberikan perspektif yang berbeda dan pengalaman yang unik dalam hal tradisi, nilai, dan norma keluarga yang mempengaruhi bagaimana anak melihat diri mereka sendiri.
3. Dukungan Emosional dan Psikologis: Keterlibatan ayah yang baik dapat memberikan dukungan emosional yang konsisten, meningkatkan rasa percaya diri anak dan memberi mereka keamanan dalam menjelajahi dunia luar. Ini sangat penting dalam membentuk kepercayaan diri anak dalam menghadapi tantangan kehidupan.
4. Pengembangan Keterampilan Sosial: Melalui interaksi dengan ayah, anak-anak belajar keterampilan sosial seperti komunikasi, negosiasi dan toleransi. Ayah dapat memainkan peran penting dalam membantu anak mengembangkan keterampilan ini melalui contoh dan pembimbingan langsung.
5. Pendidikan dan Karier: Keterlibatan ayah dapat mempengaruhi aspirasi pendidikan dan karier anak. Ayah sering kali memberikan dorongan dan dukungan yang penting dalam membangun ambisi akademik dan profesional anak.
6. Keamanan dan Stabilitas: Kehadiran ayah yang stabil dalam kehidupan anak memberikan rasa keamanan dan stabilitas. Ini membantu anak mengembangkan fondasi yang kuat untuk menjelajahi dunia dengan percaya diri.
Namun demikian, ada juga tantangan yang bisa menghalangi keterlibatan ayah, seperti beban kerja yang berat, masalah finansial, atau perbedaan budaya dalam pandangan tentang peran ayah dalam keluarga. Upaya untuk meningkatkan keterlibatan ayah dalam kehidupan anak-anak dapat berdampak positif besar dalam pembentukan identitas mereka yang sehat dan berkembang dengan baik di Indonesia maupun di negara lainnya.
Sosok ayah memiliki peran penting dalam perkembangan sosial dan emosional sang anak. Dengan demikian, melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang peran ayah dalam pengasuhan anak, diharapkan kita dapat menghargai kontribusi yang penting ini dalam membentuk generasi yang tangguh dan berdaya.
Oleh : Maulana Maududi (Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Central Analisa Strategis – DPP CAS / Angkatan 18 Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta)
BERSAMBUNG