Seorang Ahmad Ali sangat menyadari betul, bahwa kesuksesan yang didapatkan saat ini, selain peran penting kedua orang tua tercintanya, adalah kesuksesan jasa para Guru-gurunya yang mendidik putra kelahiran Morowali ini, hingga mampu menunjukkan eksistensinya, tidak hanya di tingkat regional Sulawesi Tengah, akan tetapi di kancah nasional pun, sangat disegani sepak terjangnya.
Berkat didikan dasar yang sangat baik itulah, hingga saat ini gayanya yang sangat familiar, senantiasa bersahaja. Dan tak sedikitpun terpancar dari raut wajahnya kesan angkuh apalagi pongah, membuat H Ahmad H. M Ali selalu akrab dengan siapapun.
Keistimewaannya dalam bertutur kata, dan pintar menempatkan setiap kata pada tempatnya serta setiap tempat dengan dengan kata-kata senantiasa membuat suasana riang gembira, menambah pesan keakraban sesama.
Adalah keistimewaan Ahmad Ali yang tak pernah malu ataupun sungkan untuk membaur dimanapun tempat yang dihampirinya, menambah empati orang-orang yang senantiasa sangat berkebutuhan akan kemurahan hati memberikan solusi zahir dan batin untuk setiap permasalahan yang sampai ke telinganya.
Dan bukan karena di saat ini Ahmad Ali telah dianugerahi marwah dan bertabat dengan limpahan rezeqi dari Ilahi Rabbi, namun pada kenyataannya, kesahajaan yang ada pada sikap maupun perbuatannya telah membumi di jiwa raganya sejak lama.
Tak terbantahkan adalah seorang Ahmad Ali memiki kelebihan dalam melakukan diplomasi ke berbagai kalangan, senantiasa dipergunakannya sebagai senjata untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam.
Tidak sedikit orang yang merasakan dan menikmati budi baik mantan aktifis Himpunan Mahasiswa Islam ini.
Selalu ikhlas mengabdikan segala dedikasinya untuk ummat, menjadikan Ahmad Ali tidak pernah ragu menabur asa tuk mengukir cinta anak bangsa yang dirahmati Allah.
Dan bukan menjadi rahasia umum lagi, dengan gaya penampilannya yang lebih sering terkesan ‘preman’, namun tidak mengurangi ferforman betapa elegantnya beliau dengan ke low profilannya.
Maka ketika kemudian banyak lahir para generasi Intekektual baik dari pelajar hingga mahasiswa melalui kemuliaan hatinya dalam berbagi dan mendorong mereka merajut impian menuju harapai demi menggapai cita-cita mulia mengangkat harkat dan derjat anak bangsa dengan marwah dan martabat yang mulia, adalah bukti kecintaan seorang Ahmad Ali yang secara natural lahir dari fitrah kodratinya.
Kecintaan Ahmad Ali akan tumbuh kembangnya generasi muda yang memiliki pola fikir positif progresif dan beretos kerja inovatif konstruktif, membuatnya tidak pernah berkira untuk memfasilitasi segala kebutuhan yang dibutuhkan.
Sebut saja diantaranya dengan bukan hanya sekedar puluhan, apalagi ratusan, namun ribuan orang anak bangsa khususnya di Sulteng, mampu menuliskan kisah mimpi mereka dengan jawaban berujung ilmu yang bermanfaat.
Memang, Ahmad Ali bukanlah sang Da’i apalagi penceramah kondang yang selalu menguntai kata di atas mimbar, akan tetapi, tak sedikit santri yang bukan hanya sekedar hafal Al Qur’an, hingga lahir dan bertumbuh kembang generasi santri yang berjiwa qur’ani.
Di kesehariannya pun, Ahmad Ali juga tidak mendandani dirinya sebagai ahli agama yang penuh dengan sisi religius. Tapi, untuk urusan BERAMAL, Ahmad Ali tidak pernah ragu mengalirkan hartanya untuk kemakmuran masjid-masjid.
Sehingga tak mengherankan jika tak terhitung lagi para ahli ibadah, pemikir, cendikia, dan orang tidak mampu, akhirnya menapakkan kaki mereka di Tanah Suci buah dari kedermawanan Ahmad Ali.
Untuk semua itu, Ahmad Ali tidak pernah gembar-gembor demi pencitraan dirinya. Apalagi mengumandangkan bahwa ia nya punya kelebihan.
Dan ketika kini niat tulus dan mulia dari Ahmad Ali agar masyarakat Sulteng tidak lagi menari-nari di bawah garis kemiskinan, maka amanah menjadi pemimpin Sulteng harus digenggamnya.
Sebab, Ahmad Ali tahu persis, dengan jabatan sebagai Gubernur, dianya lebih fokus mengurusi masyarakat Sulteng untuk mempunyai harapan baru.
Sehingga bukan lagi pungguk merindukan bulan apalagi diangap menggalang asap mengukir langit, namun dengan jabatannya sebagai Gubernur, Sulawesi Tengah Baru yang berkeadilan demi terwujudnya kesejahteraan, akan tercapaikan tanpa ada dusta diantara pemimpin dengan rakyatnya.
Untuk itu, BERAMAL nya Ahmad Ali selama ini, menjadi pondasi utama meraih berkah Allah yang penuh barakah.
Lalu semata berharap ridha Allah meraih kemenangan bagi Ahmad Ali dan pasangannya Abdul Karim Aljufri di kontestasi Pilgub Sulteng 27 November mendatang.
Dan ketika kontestasi Pilkada Sulawesi Tengah, menjadi komitmen bagi sang kandidat untuk membangun daerah dan kampung halamannya, tentu saja upaya itu sudah dilakukan lama.
Bukan sekedar sehari atau dua hari, melakukan upaya menanam, memupuk dan dan merawatnya, apalagi simsalabim abrakadabra, namun telah tertata apik melalui pencapaian prestasi yang secara langsung menyentuh sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Maka H Ahmad H. M Ali yang kerap disapa dengan panggilan Mad Ali, menjabat anggota DPR RI dua periode 2014-2019 dan 2019-2024, kini digadang menjadi Calon Gubernur Sulteng dan berpotensi besar memenangkan kontestasi Pilgub Sulteng berdasarkan popularitas dan elektabilitasnya.
Putra daerah kelahiran Morowali Sulawesi Tengah itu, lahir dan besar di blantika perpolitikan negeri ini berbekal sepak terjang beliau sebagai seorang aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang terbilang mantul pernah menjabat Bendahara Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) di era 90an.
Di eranya sebagai aktivis mahasiswa, berkecimpung di HMI sebagai organisasi terbesar mahasiswa dan puta dari Muhammad Ali yang lahir 55 tahun silam itu, tidak sekedar menjadi aktivis biasa, namun lebih jauh membuktikan dirinya berada ditataran elit aktivis mahasiswa nasional di masanya.
Dari berbagai sumber yang penulis dapatkan, khususnya ungkapan dari rekan-rekan seangkatan beliau semasa menjadi Pengurus PB HMI, menyebutkan bahwa diantara beberapa kelebihan Ahmad Ali adalah memiliki publik speaking yang sangat mumpuni.
Menurut hemat penulis, kemampuan berbicara di depan umum alias public speaking yang dimiliki Ahmad Ali sedari dulu, memang tidak otomatis menjadikan seseorang berhasil sebagai pemimpin.
Akan tetapi, tanpa bekal public speaking yang memadai, Ahmad Ali tidak akan menjadi pemimpin yang berhasil. Ini bukan kata mutiara melainkan fakta. Lihatlah pemimpin bangsa menjadi pemimpin kelas dunia seperti Mahatma Gandhi, Margareth Teacher, Barrack Obama, atau bahkan Soekarno. Semuanya adalah pembicara yang hebat.
Pada sisi Ahmad Ali yang kini bersiap menjadi pemimpin nomor 1 Sulteng, berdasarkan kualitas pengalaman berorganisasimya, baik organisasi bisnis (perusahaan) maupun organisasi publik (instansi pemerintah), sangat dipengaruhi oleh kualitas pemimpinnya.
Salah satu kemampuan yang telah dimiliki oleh Ahmad Ahli sebagai pemimpin adalah kemampuan berbicara di depan umum alias public speaking. Kemampuan ini mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Sebab seorang pemimpin harus bisa menyampaikan informasi, memotivasi, mempengaruhi, bahkan menggerakkan para staf atau karyawannya. Agar visi dan misi organisasinya tercapai.
Apatah artinya sebuah ide besar, jika seorang pemimpin tidak dapat mengkomunikasikannya dengan baik. Komunikasi yang baik bagi seorang pemimpin adalah komunikasi yang memiliki kekuatan pengaruh.
Pengaruh untuk memotivasi, pengaruh untuk menginspirasi hingga pengaruh untuk menggerakan setiap orang yang mendengarnya untuk tergerak dengan ide yang disampaikan.
Ide perubahan besar berasal dari kepala seorang pemimpin, namun pergerakan perubahan yang besar dimulai dari kekuatan public speaking seorang pemimpin.
Public speaking bukanlah bawaan sejak lahir bagi seorang pemimpin. Namun, kompetensi tersebut didapat dari kemauan untuk belajar dan mencoba. Banyak pemimpin berusaha untuk menjadi public speaker, dengan cara melatih diri didepan cermin, memberanikan diri untuk berdiskusi, berpidato dan banyak cara lainnya. Dan ekslusif seorang Ahmad Ali memiliki itu semuanya dengan sangat baik.
Maka sebagaimana yang diungkapkan para Relawan Ahmad Ali dalam rangka mensukseskan pemenangannya sebagai Gubernur Sulteng, bahwa pembangun daerah, tidak hanya mengandalkan elektabilitas dan popularitas. Tetapi, jejaring yang kuat di legislatif dan eksekutif skala nasional. Itu sangat penting dimiliki seorang kepala daerah.
Dan jawabannya untuk menegaskan bahwa saatnya Sulteng sejahtera adalah dengan Ahmad Ali menjadi pucuk pimpinan pemerintahan Provinsi Sulawesi Tengah.
Dan yang patut dibanggakan saat Ahmad Ali menjadi Gubernur Sulteng mendatang, selain publik speaking yang sangat mumpuni sebagai pemimpin, kemampuan lobinya juga di atas rata-rata.
Bahkan dalam obrolan penulis dengan para sebior di Jakarta saat kontestasi Pilpres lalu, yang paling ditakutkan oleh pihak lawan adalah jika Ahmad Ali ditunjuk sebagai Ketua Timnas Pemenangan Anies Baswedan sebagai Capres.
Menurut mereka, peta konstalasi akan berubah, karena Ahmad Ali adalah seorang yang juga ahli strategi berorganisasi di masyarakat yang syarat dengan pengalaman.
Itu artinya, dengan sekelumit catatan di atas, menegaskan bahwa menjadi anugerah yang luar biasa bagi masyarakat Sulteng dengan memiliki Ahmad Ali sebagai Gubernur Sulteng.
Sehingga asa dan cita menuju Sulteng lebih baik dan sejahtera, tidak hanya sekedar menggantang asap mengukir langit. Namun dapat diimplementasikan melalui karya nyata mensejahterakan masyarakat.
Maka ketika Ahmad Ali mengatakan, jika kita ingin melahirkan sumber daya manusia yang berdaya saing, maka kita harus memastikan anak-anak kita, generasi penerus kita mendapatkan pendidikan yang baik.
Nukilan kalimat di atas yang terlontar dari lisan Ahmad Ali adalah bentuk ketulusan berkomitmen dari seorang Ahmad Ali yang menginginkan ketersediaan pelayanan dan fasilitas pendidikan bagi anak-anak di Sulteng.
Menyoal masih banyaknya anak-anak di daerah ini yang tidak mendapatkan pendidikan layak, menjadi PR bagi kita semua agar kiranya menjadi prioritas untuk diselenggarakan dengan sebaik-baiknya.
Memang untuk saat ini, semua anak bisa bersekolah secara gratis, sebab pemerintah pusat telah memprogramkan pendidikan gratis 12 tahun (SD, SMP hingga SMA).
Namun sayangnya, pendidikan yang gratis tersebut tidak serta merta membuat seluruh anak di daerah bisa berpartisipasi, untuk mendapatkan pendidikan layak. Bahkan, fasilitas masih jadi soal.
Jumlah sekolah SD jauh lebih banyak dari SMP atau SMA, ketika anak-anak di daerah ini lulus SD, mereka bingung mau lanjut ke sekolah mana sebab ruang belajar tidak cukup.
Maka disinilah pemerintah daerah harus hadir memastikan fasilitas dan layanan pendidikan yang layak bagi anak-anak di daerah.
Maka sudah tidak bisa ditawar lagi jika peningkatan pelayanan dan fasilitas pendidikan menjadi keharusan yang wajib terselenggara di Sulteng.
Dan Ahmad Ali berserta pasangan Wagubnya kelak saat terpilih, sangat-sangat memprioritaskan hal dimaksud.
*Peningkatan Pelayanan dan Fasilitas Pendidikan Yang Berkualitas*
Sesungguhnya kegusaran hati Ahmad Ali dengan situasi pendidikan di negeri ini masih belum memiliki kemajuan yang sangat signifikan.
Dibutuhkan peningkatan dalam semua hal di dunia pendidikan di Indonesia. Walaupun berbagai upaya telah diusahakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Sebenarnya sumber daya manusia yang masih kurang menjadi permasalahan terbesar dalam dunia pendidikan.
Mengingat sumber daya manusia adalah pemegang peran penting dalam dunia pendidikan.
Sebagai contoh, fasilitas pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA dan SMK) termasuk dalam fasilitas sosial yang merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk di suatu wilayah.
Permasalahan penyediaan fasilitas Sekolah Menengah Tingkat Atas yang kurang memadai di berbagai Kabupaten Provinsi Sulawesi Tengah umumnya ditandai dengan ketersediaan fasilitas SMA dan SMK di masing-masing wilayah yang tidak mampu melayani kebutuhan penduduknya.
Oleh karena itu, sejauh mana tingkat pelayanan fasilitas Sekolah Menengah Tingkat Atas di Sulawesi Tengah harus diserap keseluruhan apa-apa yang menjadi kelemahannya selama ini.
Daya tampung dan kebutuhan fasilitas harus dianalisis secara seksama dengan teknik analisis statistik deskriptif.
Sejak awal harus dilakukan analisis overlay pada ArcGIS digunakan untuk menganalisis tingkat ketersediaan terhadap tingkat kebutuhan fasilitas.
Hasil studi menunjukan bahwa tingkat pelayanan Sekolah Menengah Tingkat Atas di sebagian wilayah masih tergolong very overdemand dan overdemand.
Itu artinya tingkat pelayanan fasilitas Sekolah Menengah Tingkat Atas di sebagian wilayah belum mampu memenuhi kebutuhan tingkat pelayanan fasilitas berdasarkan jumlah usia 16-19 tahun dan kepadatan permukiman.
Hal ini dikarenakan ketersediaan fasilitas masih belum memenuhi kebutuhan penduduknya.
Maka ketika Ahmad Ali mengumandangkan akan pentingnya peningkatan pelayanan dan fasilitas pendidikan di Sulawesi Tengah, adalah bagaimana pengelolaan sarana prasarana dalam peningkatan pelayanan fasilitas lembaga menjadi point utama.
Sarana prasarana adalah faktor utama dalam lembaga pendidikan.
Bukan cuman itu, sarana prasarana salah satu point untuk menunjukan akreditasi lembaga Pendidikan.
Maka dari itu, dengan menganalisis dari segi perencanaan, pengorganisasian, pendanaan, dan pengelolaan sarana prasarana yang ada pada lembaga adalah hal yang vital dikuasai.
Urgensi pengelolaan sarana prasarana adalah penentuan kesuksesan dari proses kegiatan pembelajaran.
Adalah suatu hal yang pastinya dikedepankan oleh para tenaga ahli Ahmad Ali di Kegubernuran kelak melalui pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus.
Pendekatan kualitatif menjadi pilihan karena ini bertujuan untuk mendalami pemahaman tentang pelayanan fasilitas sekil.
Sehingga apa yang diharapkan oleh Ahmad Ali tidak seperti menggantang asap mengukir langit.
Sejatinya akan menghasilkan sebuah manfaat bagi seluruh komponen dunia pendidikan di Sulawesi Tengah.
Oleh : Maulana Maududi (Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Central Analisa Strategis – DPP CAS / Angkatan 18 Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta)
BERSAMBUNG