OPINI

Jejak Oposisi di Jalan Sunyi Oleh: Taslim Sulu, S.Pd

77
×

Jejak Oposisi di Jalan Sunyi Oleh: Taslim Sulu, S.Pd

Sebarkan artikel ini

Dalam setiap helaan napas pemerintahan daerah, selalu ada suara yang memilih tidak ikut bertepuk tangan. Suara itu berdiri di seberang, menolak hanyut dalam arus puja-puji, memilih jalur sunyi yang disebut oposisi. Ia lahir dari rahim keresahan rakyat, dari luka yang kerap terabaikan, dari janji-janji pembangunan yang sering berhenti di atas kertas.

Namun, oposisi bukan jalan yang ditaburi bunga. Ia berliku, penuh duri, dan sarat cercaan. Sang pengkritik harus rela menanggung stigma, dicap pembangkang, dianggap pengganggu, bahkan diposisikan sebagai musuh. Idealisme yang ia bawa seakan diuji setiap hari, apakah akan tetap tegak di tengah badai ? atau runtuh perlahan oleh godaan kekuasaan !.

Sebab kekuasaan, dengan segala daya pikatnya, selalu mencari celah. Ada yang digoda dengan manisnya kompromi, ada yang dijanjikan kursi empuk, ada pula yang diintimidasi agar bungkam. Di persimpangan inilah pertanyaan mendesak batin sang pengkritik? akankah ia tetap menjaga bara idealisme? atau tergoda menukar keyakinan demi kenyamanan semu?

Oposisi sejati tidak lahir dari ambisi pribadi, melainkan dari panggilan nurani. Ia tidak menimbang langkah dengan keuntungan, tetapi dengan keberpihakan. Selamanya berdiri di seberang bukanlah tujuan; yang menjadi alasan adalah menegakkan kebenaran. Bila pemerintah berpihak pada rakyat, kritik hadir sebagai pengingat. Bila pemerintah tergelincir, kritik menjelma benteng terakhir.

Namun, mereka yang memilih jalur ini harus siap menjadi pengembara. Ia tak selalu mendapat tepuk tangan, bahkan lebih sering dihujani makian. Tetapi bukankah kesetiaan pada nurani jauh lebih berharga daripada kenyamanan dalam kebisuan? Karena oposisi yang tulus adalah cahaya kecil yang melawan pekat, meski tak pernah tahu kapan fajar akan tiba.

Maka, pertanyaan itu tetap mengendap: akankah idealisme sang pengkritik bertahan, menjadikan oposisi sebagai rumah abadi? Jawaban sesungguhnya hanya tersembunyi di dalam hatinya sendiri. Jika ia berpegang teguh pada kebenaran, maka oposisi bukan sekadar posisi. Ia adalah jalan panjang penuh makna sebuah perlawanan abadi demi menjaga agar harapan rakyat tidak padam.

Taslim Sulu, S.Pd.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *