JENEPONTO

Massa Geruduk Kantor Desa Borongtala Jeneponto, Kaca Pecah Akibat Aksi Penolakan Kadus Baru

178
×

Massa Geruduk Kantor Desa Borongtala Jeneponto, Kaca Pecah Akibat Aksi Penolakan Kadus Baru

Sebarkan artikel ini
Kaca Kantor Desa Borongtala pecah akibat aksi penolakan Kadus Baru. (Foto:Istimewa)

Topikterkini.com-Jeneponto- Situasi panas yang sejak beberapa hari terakhir melingkupi Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Jeneponto, akhirnya pecah menjadi aksi pengrusakan kantor desa. Peristiwa itu terjadi pada Rabu (20/8/2025) sekitar pukul 11.30 Wita, ketika massa yang menolak pengangkatan perangkat desa baru tidak bisa lagi membendung emosinya.

Kaca jendela kantor desa pecah saat terjadi dorong-dorongan antara warga dengan aparat kepolisian. Warga berusaha mengusir perangkat desa yang tetap memaksa masuk untuk berkantor. Padahal, sebelumnya akses menuju kantor desa telah diblokade oleh warga yang menolak pengangkatan kembali delapan kepala dusun (Kadus).

“Perangkat desa yang ditolak itu ngotot masuk kantor, padahal warga sudah blokade akses. Itu yang bikin warga marah,” kata seorang warga yang enggan disebut namanya, Rabu (20/8/2025).

Aksi yang sempat memanas berhasil diredam setelah puluhan aparat dari Polsek Tamalatea cepat turun ke lokasi. Namun, polisi mengaku kesulitan mengidentifikasi pelaku pengrusakan karena banyaknya massa yang terlibat.

“Pemicu utamanya karena perangkat desa yang ditolak warga tetap masuk kantor. Terkait pelaku pengrusakan masih sulit diidentifikasi karena jumlah massa cukup banyak,” jelas Kanit Reskrim Polsek Tamalatea, Aiptu Syarifuddin kepada awak media, Rabu (20/8/2025).

Ketegangan di Borongtala bukan hal baru. Sejak beberapa hari terakhir, ratusan warga yang didominasi kaum ibu-ibu sudah menduduki dan memblokade akses masuk kantor desa. Mereka menuntut agar surat keputusan (SK) pengangkatan delapan Kadus yang direkomendasikan Pemda berdasarkan LHP Ombudsman dicabut dan kepala dusun sebelumnya dikembalikan.

Bahkan Evendi Amba, Kades Borongtala yang dikenal selalu mengenakan baret merah, juga mengalami insiden pelarangan berkantor oleh warga yang menuntut Kadus sebelumnya dikembalikan.

“Saya saja dilarang masuk kantor oleh warga. Untung ada polisi yang membantu, jadi saya bisa masuk,” ujarnya.

Warga menilai pemerintah daerah Jeneponto seolah menutup mata terhadap konflik yang berlarut-larut ini. Mereka khawatir, jika tidak segera diambil langkah tegas, ketegangan bisa merembet lebih luas.

“Pemda harus bersikap. Kalau dibiarkan tanpa solusi, konflik ini akan semakin melebar,” ucap salah seorang warga Borongtala yang enggan disebut namanya.

Laporan: Arief Rahman/Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *