Tingkat Kemiskinan Malaysia Jauh Lebih Tinggi Dari yang Dilaporkan, kata pakar PBB

TOPIKterkini.comKUALA LUMPUR: Pakar hak asasi manusia PBB pada hari Jumat membantah pernyataan Malaysia bahwa mereka hampir menghilangkan kemiskinan, dengan mengatakan bahwa angka resmi sangat tidak akurat dan tidak sesuai fakta di lapangan.

Seperti yang dilansir dari (AN) bahwa Tingkat kemiskinan resmi Malaysia turun dari 49% pada tahun 1970 menjadi hanya 0,4% pada tahun 2016.

Tetapi Philip Alston, pelapor khusus PBB untuk kemiskinan ekstrim dan hak asasi manusia, mengatakan angka-angka resmi bergantung pada langkah-langkah yang sudah ketinggalan zaman, dengan garis kemiskinan tetap pada tingkat yang sama selama beberapa dekade meskipun biaya hidup semakin tinggi.

Analisis yang dilakukan oleh kelompok independen menunjukkan bahwa Malaysia memiliki “kemiskinan yang signifikan” dan tingkat kemiskinan sebenarnya adalah sekitar 15%, kata Alston.

“Angka resmi pemerintah akan menjadikannya juara dunia dalam menghilangkan kemiskinan … tapi saya pikir cukup jelas bahwa bukan itu masalahnya,” Alston mengatakan pada konferensi pers pada akhir kunjungan 11 hari ke Malaysia.

Kantor perdana menteri dan kementerian keuangan tidak menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Alston.

Alston mengatakan garis kemiskinan nasional $ 234,00 per rumah tangga per bulan adalah “konyol,” karena jika sekeluarga empat orang harus bertahan hidup dengan 8 ringgit, atau kurang dari $ 2, per orang per hari.
“Itu tidak bisa dilakukan kecuali dalam keadaan yang benar-benar mengerikan,” katanya.

Menghitung rendah tingkat kemiskinan telah menyebabkan kurangnya kebijakan pemerintah yang efektif menargetkan masalah, dengan terlalu banyaknya program yang kurang dana dan tidak efektif, kata Alston.

Dia mendesak Malaysia untuk menilai kembali metodenya untuk mengukur kemiskinan dan memperhitungkan kelompok-kelompok rentan yang dikeluarkan dari data seperti keluarga yang tidak memiliki kewarganegaraan, pekerja migran, dan pengungsi.

“Hanya dengan begitu Malaysia dapat mulai merancang kebijakan yang secara sistematis dapat memenuhi kebutuhan mereka,” katanya.

Editor : Azqayra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *