OPINI

Kentut dan Fenomena Virus Cerutu : Catatan Pinggir Bahtiar Parenrengi

154
×

Kentut dan Fenomena Virus Cerutu : Catatan Pinggir Bahtiar Parenrengi

Sebarkan artikel ini
Kentut dan Fenomena Virus Cerutu
Bahtiar Parenrengi

Kentut dan Fenomena Virus Cerutu
Catatan Pinggir: Bahtiar Parenrengi

Kentut, hal yang tabu dilakukan ditengah keramaian. Bakal mengundang olok-olokan, bahan candaan bahkan umpatan.

Saat berada dikeramaian, mustahil kita bisa melakukan kentut yang bunyinya didengar orang lain. Suatu hal yang mustahil, apalagi kalau baunya tak sedap.

Kalau toh pun terjadi, maka kentut dikeramaian itu mungkin saja tidak disengaja. Sudah kebelet, atau dalam bahasa bugis, nakelo ettu.

Kalau ini terjadi, biasanya kita menjadi malu. Karena pasti orang yang mendengarnya bakal kaget dan tertawa.

*
Dalam berbagai literasi, Kentut adalah bentuk reaksi alamiah dari tubuh manusia berupa pelepasan gas dari dalam perut.

Gas yang dikeluarkan ini berasal dari sejumlah sumber, seperti gas dari darah yang masuk ke dalam usus, dan gas hasil reaksi kimia antara makanan dan bakteri yang terdapat di dalam usus.

Kentut atau ettu dalam bahasa bugis, bisa merupakan efek samping dari penyakit maag dan sembelit, atau edema angionetik usus.

Kini, kentut menjadi bahasan banyak orang di warung kopi maupun di media sosial. Entah ini dijadikan bahan candaan, supaya bisa tersenyum lebar ditengah ketakutan saat mewabahnya Virus Covid 19.

Kentut sudah menjadi hal biasa, dibanding dengan batuk dan influensa. Canda-candaan teman memang cukup menggelitik. Karena diera sekarang, batuk menjadi sangat menakutkan.

Banyak orang, termasuk sahabat kita biasanya langsung mengambil jarak, malah bisa curiga akan batuk kita. Curiga, dan muncul rasa khawatir, serta menduga gejalah penderita penyakit mematikan di jagat ini, corona.

Cerita-cerita yang sudah melebar sana-sini, bak penyebaran virus. Cerita telah menjelma seperti kata sahabat saya “Cerita campuru ettu alias Cerutu”.

Kentut dan Fenomena Virus Cerutu

Cerutu, mungkin berkomotasi, cerita yang telah dibumbui agar menjadi enak didengar. Atau mungkin saja dimaksudkan sindiran bagi si “paccarita”, bahwa ceritanya sudah tidak masuk akal. Entahlah.

Apapun istilahnya, kiasan ini telah menjadi sebuah istilah lucu-lucuan yang memiliki pemaknaan cerita yang terlalu dibumbui. Sehingga cerita tersebut terkadang memiliki bau yang tidak sedap.

Kiasan Cerutu juga menjadi simbol sindiran kepada seseorang yang hanya pintar bicara. Pintar protes dan banyak kritik tapi tak pandai memberi solusi.

Tak heran, dalam acara kumpul bareng dengan sahabat terkadang kiasan itu menyeruak. Telah menjadi fenomena sosial, baik didunia nyata maupun didunia maya dan dunia para pemain medsos.

*
Kentutlah sepuasmu. Karena bisa saja, kentutmu akan membawamu sedikit lega.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *