Oleh : Drs. Ahmadi Haruna
( Wartawan Dan Seniman Senior )
Ini baru sejarah. Ini sejarah baru, mengapa ? Sejarah, dimana untuk pertama kalinya perhelatan pemilihan Bupati Watan Soppeng, petahana tak ada berani menantangnya, hingga kemarin batas waktu pendaftaran 6 September hanya A.Kaswadi Razak berpasangan Luthfi Halide yang datang ke KPU mendaftakan diri sebagai bakal calon yang siap bertarung di Pilkada serentak Sulsel. Sedang penulis menyebut baru sejarah karena A.kaswadi selaku petahana memilih Luthfi Halide mendampinginya yang notabene pernah bertarung keras pada pilkada yang lalu tahun 2015.
Dua engle diatas adalah catatan penting yang perlu digaris bawahi pada Pilkada yang jika tak aral melintang diselenggarakan serentak 9 Desember 2020 di sembilan daerah di Sul-Sel.
Presentase perolehan suarapun cukup menonjol, Akar Icon A. Kaswadi – Supriansah sekitar 67 persen sedang Luthfi Halide 33 persen.Bila angka ini kita cermati, tidaklah berlebihan jika banyak pengamat politik memprediksi Watang Soppeng kembali dikomandoi A.Kaswadi – Luthfi Halide Lima tahun kedepan. Hitungan ini cukup rasional dan sederhana yakni pendukung Akar dan Luthfi 2015 dikawinkan, maka hampir dipastikan jadilah pemenang.
Sekarang, mari kita coba cakar-cakar akan suara A.Kaswadi – Luthfi, dalam beberapa pendekatan Vs Kotak Kosong atau Kolom Kosong atau Saya istilahkan Kas Kosong.
Pendekatan pertama adalah dengan melihat hasil di delapan wilayah Kecamatan di Watan Soppeng pada pilkada 2015 saat berpasangan dengan Supriansah yang akhirnya mengundurkan diri dan maju menjadi Caleg DPR RI dan terpilih. Pasangan ini memenangkan perolehan suara diseluruh kecamatan dibumi Latemmamala.
Tentunya ini cakaran normal, diluar adanya Hal yang istimewa terjadi sebelum Hari H, sebab banyak hitungan terkadang membuat calon Bupati KECELE karena terlalu percaya hitungan diatas kertas sementara ada sesuatu non tehnis yang terjadi yang mampu membalikkan segala rumusan politik yang manusia kadang tak mampu meramalnya. Inilah yang perlu diwaspadai.
Urungnya niat beberapa figure untuk menantang, salah satunya Karena melihat hasil dan kerja nyata A.Kaswadi Razak.Perubahan yang dipertontonkan mampu meyakinkan masyarakat dimana dirinya benar-benar tulus dan ikhlas membangun bumi kelahirannya setelah dirinya diberi amanah sebagai Bupati.
Dua figure ini memang sangat populis dan kuat, makanya tak ada yang berani menantang setelah keduanya bersanding maju pilkada Watan Soppeng. Sebelumnya ada beberapa figure yang muncul dengan balihonya yang menandai siap menyaingi A.Kaswadi – Luthfi Halide, namun seiring waktu berjalan hingga batas pendaftaran semuanya tiarap.
Sisi lain, meski tanpa wakil dirinya tetàp kontinyu melakukan monitoring di delapan kecamatan dan menyambangi masyarakat guna melihat kebutuhan yang mendesak untuk dibantu.
Sikap kepemimpinan yang diayunkan diatas, menjadi suatu magnet untuk warga berbondong Ke TPS untuk mencoblosnya dan selanjutnya menjadi pemenang Pilkada untuk kedua kalinya.
Lantas bagaimana dengan Kotak Kosong ? Apakah hanya sebagai pajangan semata alias nantinya menjadi Kas Kosong mendampingi Kotak untuk Kaswadi – LHD ?
Sejatinya kita jangan terlalu Percaya Diri, taka bbur dan mensegerakan keputusan mendahului dari pemegang keputusan tertinggi dari sang pencipta.Apalagi waktu masih cukup panjang untuk terjadi perubahan. Banyak contoh yang bisa menjadi refrensi perhitungan Politik Pilkada, salah satunya Ibu Kota Sulawesi Selatan tahun lalu dan Kabupaten tetangga Bone.
Kedua daerah Makassar dan Bone sangat signifikan perubahannya sepekan sebelum hari H sejumlah pengamat politik dan pekerja Survey dijungkir balikkan analisahnya, ini menandai perlunya tetàp waspada menghadapi lawan meski dia bernama Kotak Kosong.
Namun dari hasil survey non formal, suara pendukung KK tetàp saja ada walau nadanya belum nyaring terdengar, mereka belum mau berkotek karena mungkin mereka masih menyusun strategi atau sedang mengumpulkan amunisi.
Bicara tentang amunisi merupakan syarat utama yang harus dimiliki seorang figure jika ingin berkompetisi di Pilkada,tidak terkecuali figur yang ingin mengawal kotak kosong, sebab GOLPUT ( Golongan penunggu uang tunai) masih bertebaran dimana- mana Dan seperti yang diungkapkan Prof.Dr.Hafid Cangara, dalam sebuah bukunya tentang pilkada, money politik sulit dihapuskan sebab warga dan calon masih setali tiga Wang.Paling tidak butuh waktu 20 tahun jika mau bebas atau menggapus GOLPUT dari permainan uang dalam pilkada.
Pada pilkada serentak di Sulawesi Selatan, ada dua Kabupaten dimana petahana bertarung dengan Kotak Kosong, namun yang banyak di sorot pengamat adalah Kabupaten Gowa, Wilayah di prediksi petahana akan terjungkal oleh kotak kosong, warga sebagian besar sudah berkokok siap masuk jadi pengawal KK.
Mari kita tunggu pesta demokrasi di Bulan Desember semoga seluruhnya berlangsung aman dan tidak kelabu, Aamiin.