SULTENG

KPH Balantak Akui Belum Terima Aduan Warga Mayayap Soal Penutupan Aliran Sungai

143
×

KPH Balantak Akui Belum Terima Aduan Warga Mayayap Soal Penutupan Aliran Sungai

Sebarkan artikel ini
aliran sungai yang di tutupi oleh kayu kayu dan tanah untuk akses kendaraan pengangkut kayu olahan milik perusahaan. FOTO: IST

TOPIKTERKINI.COM – BANGGAI: Kepala Kesatuan Pengelolan (KPH) Balantak, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Herry Apryanto mengaku belum mengetahui persoalan penimbunan aliran Sungai yang mengaliri Desa Mayayap dan Desa Toiba Kecamatan Bualemo, Kabupaten Banggai.

Herry Apryanto  berjanji pihaknya akan meninjau lokasi seperti apa yang menjadi keluhan dari warga Desa Mayayap sebagaimana informasi yang diterimanya. Peninajauan itu guna memastikan infromasi yang beredar terkait aitivitas perusahaan kayu yang diduga melakukan penutupan aliran sungai dua desa itu untuk kepentingan kelancaran akses jalan.

“kami akan meninjauan lokasi penutupan aliran sungai, sejauh ini belum ada aduan dari masyarakat soal penutupan aliran sungai” aku Herryi Apriyanto diruang kerjanya Selasa pagi (25/8/2020).

Pihak KPH Balantak, aku Herry baru menerima aduan masyarakat Desa Toiba, itupun aduan tersebut sekaitan dengan persoalan tapal batas.

BACA : Parah, Sungai Induk dan Anak Sungai Lereng Tompotika di Bendung Untuk Jalan Perusahaan Pengolahan Kayu

“kalau menyangkut penutupan aliran sungai laporannya belum masuk ke kami, baik itu dari masyarakat Desa Toiba maupun masyarakat Desa Mayayap, tetapi dari informasi kami akan tindak lanjuti” kata Herry

Peninjauan itu guna mengetahui titik lokasi dan aktivitas perusahaan yang beroperasi. Selain itu guna memastikan pihak perusahaan mana yang melakukan penutupan aliran sungai tersebut.

“Nanti setelah dari peninjauan barulah kami infokan hasilnya,” ungkapnya

BACA :Pemdes Mayayap Keluhkan Limbah Penebangan Liar Menutup Aliran Sungai

Anggota BPD Desa Mayayap, Puad Djibran menyampaikan diduga akibat penutupan aliran sungai berdampak pada program air bersih melalui Pansimas Desa Mayayap mengalami macet. Puluhan kepala keluarga alami krisis air bersih. Dampak lain petani padi sawah banyak beralih fungsi ketanaman perkebunan dan hortikultura. Ali fungsi lahan tersebut disebabkan petani sawah mengalami krisis air.

“sebelumnya luas areal cetak sawah di tahun sebelumnya capai 600san lebih hektar, saat ini tinggal 200san lebih hektar,  adi penyusutanya lebih dari setengah” ujar Puad yang juga petugas pengairan di desa Mayayap.

LIPUTAN : AHMAD LABINO

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *