NGOPI BUDAYA BA’DA TARAWEH
Oleh: Andi Agung Iskandar
Memontum hari kartini seluruh nusantara mengenang perjuangan kartini atas perjuangan seorang pahlawan perempuan tentang hak asasi perempuan, mengangkat derajat dalam keterpurukan.
Lain halnya sekelompok orang orang yang gelisah tentang kondusi kebudayaan di sudut kota makassar di sebuah cafe Etika melakukan diskusi tentang kegelisahan kegelisahan mereka yg semakin hari semakin kehilangan identitasnya, mereka berkumpul dalam g forum yang mereka namakan “Ngopi budaya ba’da taraweh. Kegiatan ngopi budaya ini adalah dialog kedua yg telah dilaksanakan.
Dalam diskusi tersebut alot di perdebatkan kondisi tantangan budaya hari ini dimana teknology yang menjadi tantangan dan juga pandemik yg telah mengperkosa budaya terutama budaya silaturahmi khususnya budaya yg ada di Sulawesi Selatan. Dan banyak lagi budaya yg di rusak oleh yg namanya pandemik corona.
Dari dialog budaya ini pada bulan yang penuh rahmat bulan suci Ramadan ini ada dua poin besar yg menjadi keluaran yaitu pentingnya melakukan Kongres budaya dan sangat di perlukan wadah atau lembaga yg menjadi payung bagi gerakan kebuadayan ini.
Dalam kegiatan dialog budaya ini hadir para budayawan dan Seniman yg ada di sulsel di antara prof halilintar, asmin amin, DR A. Akmar, armin topotiri, asmi Ibrahim, irfan, ram prapanca, chaeruddin, hakim, rimba kasumba dan banyak lagi lainnya
Pada akhir ngopi budaya itu 19 orang yang gelisah tentang kondisi kebudayaan hari ini sepakat membuat payung dengan melakukan deklarasi dan penandatangan bersama berita acara pembentukan payung yang mereka namakan DEWAN KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN yg akan memproduk buah pikiran kebudayaan dalam gerakan kebudayaan dan juga akan merumuskan bagaimana melakukan kongres kebudayaan sulsel yg di dahului dengan pra Kongres di daerah daerah atau kantong kantong kebudayaan yang begitu banyak di Sulawesi Selatan ini.
A. Agung iskandar