Isra Mi’raj Menghilangkan Sifat Curiga
Catatan Pena Di Peringatan Isra Mi’raj Muhammad SAW.
Oleh : Mustaufiq.S.IP,.SE.,M.Si.,MH.
(Mahasiswa Program Studi Doktoral Ilmu Hukum UIN Alauddin Makassar)
Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani dan menurut para sufi bahwa perjalanan ini adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi. Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. Lalu Dalam surah Al-Isra ayat 1 Allah SWT menyatakan Isra Miraj memiliki tujuan untuk memperlihatkan sebagian ayat atau tanda (bukti) kekuasaan-Nya. Hal ini merupakan sinyal bahwa kepada hamba Allah Lah yang sebetul betulnya Robb yang maha sempurna , sehingga keimanan akan eksistensi dan kekuasaan Allah SWT harus tertanam kuat dalam diri. Tidak ayal proses isra mi’raj Nabiullah Muhammad SAW ini menjadi kecurigaan besar di kalangan kaum kafir dizamannya, mereka menganggap bahwa ini merupakan bukti ketidak rasionalan yang di sajikan oleh si pembawa risalah, sehingga kecurigaan ini pun semakin menjadi karena kadar ke imanan tidak teramini dalam diri para kaum kafir Qurais kala itu.
Dalam kutipan Abduh (1994) dalam Hikmah Isra’ Mi’raj Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Isra’ menurut bahasa Arab diartikan sebagai perjalanan jauh di waktu malam dan selamat pulang kembali ke tempat semula. Sementara menurut istilah, isra’ diartikan sebagai perjalanan Rasulullah SAW di waktu malam dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina).
Mi’raj menurut bahasa Arab artinya tangga untuk dinaiki, sedangkan menurut istilah, mi’raj adalah perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Aqsa ke langit tujuh sampai ke Arasy Allah dalam menerima perintah sholat 5 waktu sehari semalam. Isra miraj merupakan kejadian spiritual yang dialami Rasulullah di luar nalar normal manusia, namun hal tersebut teryakini dalam balutan Iman dengan merujuk pada alquran surah Al Isra Ayat 1: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ini menandakan bahwa, kekuasaan Allah tidak tertandingi dan tidak berbandingi oleh apapun, dan hanya keimanan yang teraminilah antara nalar dan jiwa yang mampu menerima ke besaran dan kekuasaan Allah yang di tujukan kepada nabi Muhammad SAW.
Momentum Isra Mi’raj jika di tarik benang merahnya dalam kehidupan sehari hari memiliki makna, bahwa sifat curiga berlebihan tanpa dasar keyakinan yang kuat akan mengarahkan kita dalam sebuah kepercayaan yang prematur yang bermuara pada hilangnya nilai identitas kebersamaan dan memicu perpecahan. Jika menelisik lebih jauh lagi, bahwa momentum isra’ mi’raj ini harus mampu menjadi pilot project dalam membangun pondasi dan kerangka nilai moral “Sipakatau dan Sipakalabbiri” di tengah masyarakat yang heterogen dan kekinian saat ini. Kita berharap trust value antara masyarakat dengan pemerintah, antara masyarakat dengan lembaga sosial, dan antara masyarakat dengan non govermnet organization tumbuh saling mempercayai dan tetap kedepankan nilai kontrol yang konstruktif guna kemaslahatan bersama. Momentum isra mi’raj harus mampu menyapu bersih prasangka buruk antara Hamba dengan Sang PenciptaNya, dan harus mampu menumbuhkan gerakan saling percaya antar sesama guna menekan ego sektoral masing masing di tengah hiruk pikuk tahun politik yang akan di hadapi kedepan. Selamat memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, mari beresolusi dan bermuhasabah dalam kebaikan guna mewujudkan kebajikan dalam menciptakan kebijakan yang membumi di negara yang memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika.