Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Mendekati perhelatan jelang hari ‘H’ Pilgub Sulawesi Tengah yang akan digelar 27 November 2024 mendatang, jagat media sosial diramaikan dengan nama-nama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang telah ditetapkan KPUD Sulawesi Tengah beberapa hari lalu.
Janji manis pun diumbar. Dan sah-sah saja tatkala dalam sebuah kontestasi, demi meyakinkan para pemilih yang berhak memberikan suaranya di TPS, janji merupakan prioritas utama untuk di kedepankan.
Bahkan jika ada pula yang bertekad satu kali lagi pengen jadi Gubernur Sulawesi Tengah, juga hal yang wajar. Sebab realitanya adalah, akan membawa dampak kemanfaatan bagi para pendukungnya, apalagi bagi yang sudah merasakan nikmatnya ‘kue-kue kekuasan’ di Sulawesi Tengah beberapa tahun belakangan ini, dipastikan akan ketakutan jika ‘kue-kue kekuasaan’ itu tak didapatkannya lagi.
Bahkan kalaupun tanpa berkaca saat menjadi penguasa atau pejabat di masa lampau sama sekali tidak pernah merealisasikan janji-janji kampanyenya, juga mungkin menjadi hal yang biasa-biasa saja, untuk kemudian di saat kontestasi Pilgub Sulteng ini, mengulang-ulangi ‘tirakat tebar pesona’ dengan aneka ragam janji program.
Sebab, nyatanya setelah dipilih, kadang janji tinggal janji. Padahal, sebagai pemimpin mereka memiliki tanggung jawab besar.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman,
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
Artinya, “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS Shad [38]: 26).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, ayat ini menjadi dasar bahwa seorang pemimpin harus menjalankan amanah kepemimpinannya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Balasan untuk pemimpin yang zalim adalah siksa pedih yang sudah Allah siapkan di akhirat kelak. (Ibnu Kastir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Adzim, [Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, 1988], juz IV, h. 29).
Dalam hadits yang sudah sering kita dengar, Rasulullah pernah menyampaikan,
أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.
Artinya, “Ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya. Dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (HR Bukhari).
Hadits ini menegaskan bahwa kita semua adalah pemimpin. Seorang Gubernur Sulawesi Tengah bertanggung jawab memimpin rakyatnya, seorang kiai bertanggung jawab memimpin para santri, seorang guru bertanggung jawab memimpin peserta didiknya.
Lalu seorang bapak bertanggung jawab memimpin seluruh anggota keluarganya, dan seterusnya. Kelak, kepemimpinannya itu akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
Jika salah satunya, para calon pemimpin atau para pemimpin di Sulawesi Tengah selama ini pernah menjabat sebagai pemimpin di Sulawesi Tengah, agar belajar dari kisah tanggung jawab Umar Bin Khattab, yang pada masa Kekhalifahannya, tidak malu untuk memanggul makanan kebutuhan pokok yang akan diberikan kepada rakyatnya akibat kelaparan yang mendera mereka.
Dan Umar Bin Khattab tidak mau untuk dibantu siapapun buat memanggul makanan kebutuhan pokok yang dipanggulnya, karena Umar Bin Khattab berfikir bahwa dengan izin Allah, Allah akan menghapus dan membersihkan segala dosanya akibat masih ada rakyatnya yang menderita kelaparan.
Kisah ini tentunya menjadi tamparan keras bagi para pemimpin yang pernah atau sedang menjalani kepemimpinannya di negeri Tadulako ini, yang kadang mengabaikan kepentingan rakyat, sementara kebutuhan pribadi menjadi prioritasnya.
Apakah mereka pernah berpikir di akhirat kelak, bagaimana nanti saat dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
*Urgensi Teori Maqashid Asy-Syari’ah Untuk Kepemimpinan di Sulteng*
Dalam kajian fiqih Islam, konsep ‘mashlahat’ atau kemaslahatan, yang diperkenalkan melalui teori maqâshid asy-syarî’ah, memberikan pandangan yang penting dalam mengevaluasi kepemimpinan.
Para pemimpin perlu menyadari bahwa keputusan yang mereka ambil tidak selalu harus bersifat pro-rakyat. Sebagaimana peringatan dari Nabi Muhammad Saw., setiap individu akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.
Oleh karena itu, menurut hemat penulis, munculnya Ahmad Ali sebagai Calon Gubernur Sulawesi Tengah kali ini, diharapkan mampu menegaskan bahwa seorang pemimpin Sulawesi Tengah (Gubernur dan Wakil Gubernur), harus mampu mempertanggungjawabkan setiap keputusan kepada rakyat yang dipimpinnya secara horizontal, dan kepada Tuhan secara vertikal.
Sesungguhnya seorang pemimpin secara hakiki menyandang dua predikat: khalîfah dan imâm. Meskipun kedua kata tersebut memiliki arti yang sama dalam bahasa Indonesia, namun secara esensial keduanya berbeda.
Khalîfah, yang berakar dari kata khalafa, mengacu pada seseorang yang menggantikan tokoh sebelumnya.
Seorang khalîfah dianggap sebagai wakil Allah dalam memimpin umat manusia, sehingga harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada-Nya.
Di sisi lain, imâm merujuk pada orang yang ada di depan, sering kali diinterpretasikan sebagai teladan yang terdepan dalam perilaku moral dan spiritual.
Seorang imâm harus menjadi contoh yang baik bagi yang dipimpinnya, dengan keputusan yang selalu mengutamakan kepentingan umum.
Teladan dari Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad s.a.w. adalah contoh yang nyata dari pemimpin yang memilih untuk menjadi teladan yang sejati.
Meskipun memiliki kekuasaan yang besar, beliau tetap memilih untuk menjadi pemimpin yang berintegritas.
Analogi sederhana bisa diberikan dengan membandingkan seorang Gubernur yang dipilih oleh rakyat dengan seorang raja yang memperoleh kekuasaan secara turun-temurun.
Namun, terdapat pemimpin yang terpilih secara demokratis namun cenderung bertindak otoriter, mengabaikan keinginan rakyatnya.
Dalam perspektif agama, pemimpin memiliki tanggungjawab yang luas, termasuk menjalin hubungan yang baik dengan Allah, masyarakat, dan alam semesta.
Dari firman Allah SWT, pemimpin dituntut untuk mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat kebaikan, dan mencegah perbuatan yang mungkar.
Oleh karena itu, pemimpin yang memahami arti tanggung jawabnya adalah pilihan yang tepat untuk memimpin sebuah negara atau bangsa, termasuk di Indonesia pada umumnya dan Sulawesi Tengah khususnya.
Pemimpin atau Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah yang memahami tanggungjawabnya adalah yang seharusnya dipilih untuk memimpin negeri ‘Nur Ilahi Sis Mutiara Aljufri’ ini.
Bukanlah Gubernur atau calon Gubernur yang otoriter dan selalu ingin memaksakan kehendaknya kepada rakyatnya, namun Gubernur atau Calon gubernur yang memperhatikan kepentingan rakyat dan siap mempertanggungjawabkan setiap langkahnya.
Dengan demikian, Gubernur Sulawesi Tengah yang mampu mengelola kemaslahatan umum dengan bijaksana adalah yang dibutuhkan untuk kemajuan bersama di Sulawesi Tengah.
Dan harapan baru Sulawesi Tengah menuju Sulteng sejahtera dengan terpilihnya Ahmad Ali dan Abdul Karim Aljufri sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur idaman masyarakat Sulawesi Tengah, akan semakin tercerahkan melalui langkah strategis membawa kemaslahatan untuk masyarakat Sulawesi Tengah dengan menerapkan teori Maqashid Asy-Syari’ah yang kemudian akan menjadi solusi penting terhadap evaluasi kepemimpinan kelak sebagai Gubernur Sulawesi Tengah bersama Wakil Gubernurnya Abdul Karim Aljufri.
Penulis : Maulana Maududi (Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Central Analisa Strategis – DPP CAS / Angkatan 18 Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta)
BERSAMBUNG