“Saya sampaikan kepada Abdul Karim Al Jufri, (saat berkampanye) kita tidak usah banyak berjanji, kita juga tidak boleh merasa hebat dari orang lain. Dan kita berdua bertekad berbuat yang terbaik untuk masyarakat Sulawesi Tengah,”.
Petikan kalimat di atas disampaikan Ahmad Ali dalam kampanye dialogis di Desa Tinombala, Kecamatan Ongka Malino, Parigi Moutong kemarin.
Lebih banyak menyampaikan gagasan soal program yang ingin dikerjakan bersama Abdul Karim Al Jufri saat terpilih pada pemilihan kepala daerah serentak 27 November mendatang.
Memuluskan jalan-jalan di Sulawesi Tengah, khususnya jalan-jalan pertanian.
Ahmad Ali yakin bisa mewujudkan itu dengan dukungan pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto yang juga telah menugaskan Ahmad Ali-Abdul Karim Al Jufri berebut kursi kepala daerah di Sulteng.
“Terkait jalan, pemerintah tidak boleh saling lempar tanggung jawab, antara kabupaten dan provinsi dalam membangun jalan-jalan di daerah ini. Semua bisa dikerjakan bersama-sama kalau kota bersinergi,” terangnya.
Sebelumnya Ahmad Ali juga menyampaikan hal serupa di Desa Kayu Agung, Kecamatan Mepanga. Dia merasa miris masyarakat yang mayoritas transmigran di wilayah itu belum bisa merasakan jalan-jalan mulus.
Pasangan calon gubernur yang populer dengan sebutan BERAMAL (Bersama Ahmad Ali-Abdul Karim Al Jufri) itu telah berkomitmen ingin membangun Sulawesi Tengah dengan program-progran pro rakyat.
Kembali kepada kenyataan akibat rusak parahnya jalan-jalan umum baik itu jalan lintas trans, provinsi dan kabupaten di Sulawesi Tengah, tentu saja berakibat kepada terkendalanya percepatan perputaran roda ekonomi dikalangan masyarakat.
Tegasnya adalah dengan situasi dan kondisi jalan rusak di Sulawewi Tengah, dapat berdampak pada perekonomian masyarakat dengan meningkatnya biaya transportasi, harga barang di desa menjadi mahal, pengendalian inflasi menjadi sulit, aktivitas perekonomian masyarakat terhambat.
Dan pastinya dampak jalan rusak terhadap perekonomian masyarakat di Sulawesi Tengah tersebut berakibat kepada biaya transportasi meningkat karena kendaraan kesulitan menavigasi jalan yang rusak, sehingga pengiriman barang dan jasa menjadi lambat.
Harga barang di desa menjadi mahal karena pengiriman barang dan jasa yang lambat dan pengendalian inflasi menjadi sulit karena masalah inflasi berkaitan dengan biaya distribusi. Kemudian aktivitas perekonomian masyarakat terhambat karena kondisi jalan yang rusak.
Selain dampak pada perekonomian, jalan rusak di Sulawesi Tengah ini juga dapat menyebabkan kecelakaan, jatuh korban, dan kerugian harta benda.
Menjadi telaah bagi seluruh pihak terkait adalah kerusakan jalan yang terjadi di Sulawesi Tengah ini adalah dari kondisi air, perubahan suhu, cuaca, temperatur udara, material konstruksi perkerasan, kondisi tanah dasar yang tidak stabil.
Lalu juga proses pemadatan di atas lapisan tanah dasar yang kurang baik hingga tonase atau muatan kendaraan-kendaraan berat yang melebihi kapasitas.
Maka sangat logis kiranya ketika bakal calon gubernur Sulawesi Tengah Nomor Urut 1, Ahmad Ali kembali menyampaikan komitmennya untuk memperbaiki seluruh jalan di Sulawesi Tengah saat terpilih menjadi gubernur pada Pilgub 2024 ini.
Ahmad Ali mengungkapkan bahwa salah satu permasalahan dasar saat ini di masyarakat Sulawesi Tengah adalah banyaknya jalan yang berlubang.
Menurutnya, infrastruktur adalah sebuah hal primer yang penting dan harus diutamakan karena merupakan urat nadi perekonomian masyarakat.
Karena Ahmad Ali berfikir bahwa dengan semakin baik jalan, semakin mulus jalan maka Insyaallah ekonomi kita semakin bertumbuh dan berpotensi untuk menjadi lebih baik lagi.
Oleh karena itu, pasangan Ahmad Ali – Abdul Karim akan memastikan, tidak akan ada lagi jalan yang rusak dan berlubang yang dibiarkan berlarut-larut oleh pemerintah daerah.
Karena menurut Ahmad Ali dengan memperbaiki jalan dan memberikan fasilitas infrastruktur jalan adalah salah satu bentuk pelayanan bagi masyarakat Sulawesi Tengah.
Maka menurut hemat penulis dengan kondisi jalan yang buruk di pedesaan Sulawesi Tengah menjadi momok yang menghambat kesejahteraan masyarakat.
Infrastruktur yang rusak parah menciptakan lingkaran setan kemiskinan, mengurangi akses ke layanan penting, dan memperlebar jurang kesenjangan sosial-ekonomi.
Tentu saja jalan yang bolong dan bergelombang bahkan bagaikan kubangan kerbau yang dipenuhi lumpur saat di musim hujan ini, dapat berdampak buruk pada kehidupan masyarakat desa.
Lalu jalan yang rusak mempersulit anak-anak untuk mencapai sekolah. Waktu tempuh yang lama dan medan yang berbahaya membuat mereka rentan terhadap ketidakhadiran dan putus sekolah.
Hal ini berdampak negatif pada tingkat pendidikan dan prospek masa depan mereka. Demikian pula, akses ke layanan kesehatan menjadi terbatas, karena ambulans dan kendaraan medis berjuang untuk menjangkau daerah terpencil dengan infrastruktur jalan yang buruk.
Akibatnya, masyarakat desa menghadapi risiko kesehatan yang lebih tinggi dan angka kematian yang lebih besar.
Jalan yang tidak dapat diandalkan menghambat aktivitas bisnis di pedesaan. Truk tidak dapat mengangkut hasil panen ke pasar tepat waktu, menyebabkan kerugian bagi petani.
Pelaku usaha kecil kesulitan menjangkau pelanggan mereka, yang berdampak pada pendapatan dan lapangan kerja. Akses ke pasar dan bahan baku menjadi sulit, memperlambat pertumbuhan ekonomi lokal dan menghambat penciptaan kesejahteraan.
Belum lagi dengan kondisi jalan yang buruk lebih parah dirasakan oleh kelompok masyarakat yang rentan, seperti perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas.
Mereka menghadapi kesulitan yang lebih besar dalam mengakses layanan penting dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Hal ini menciptakan siklus kemiskinan dan isolasi sosial, memperlebar kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin.
Jalan yang baik merupakan prasyarat untuk pembangunan pedesaan. Mereka membuka peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan pendidikan mereka, mengakses layanan kesehatan yang lebih baik, dan meningkatkan pendapatan mereka.
Namun, ketika jalan yang rusak membatasi potensi mereka, desa-desa tertinggal dan harapan mereka akan kehidupan yang lebih baik pupus.
Jalan yang buruk tidak hanya merugikan masyarakat desa dalam hal akses pendidikan dan layanan kesehatan. Implikasinya juga sangat terasa pada perekonomian desa, memperlebar kesenjangan sosial-ekonomi di antara warganya.
Kondisi jalan yang buruk membuat biaya transportasi membubung tinggi. Truk dan kendaraan lain kesulitan menavigasi jalan yang berlubang dan berlumpur, yang memperlambat pengiriman barang dan jasa.
Akibatnya, harga barang di desa menjadi mahal, membebani kantong masyarakat berpenghasilan rendah.
Selain menaikkan harga barang, infrastruktur jalan yang buruk juga berdampak pada harga komoditas lokal. Petani desa kesulitan mengangkut hasil panen mereka ke pasar karena biaya transportasi yang mahal.
Hal ini menyebabkan penurunan harga produk pertanian, merugikan petani dan mengurangi pendapatan mereka.
Jalan yang buruk bukan hanya merugikan petani secara langsung, tetapi juga berdampak buruk pada pertanian secara keseluruhan.
Transportasi yang sulit membuat sulit untuk memperoleh pupuk, benih, dan peralatan pertanian yang dibutuhkan.
Selain itu, petani tidak dapat mengakses pasar dengan mudah, sehingga mengurangi insentif mereka untuk bercocok tanam dan berkontribusi pada kemiskinan pedesaan.
Maka sudah sangat tepat sekali melalui penguatan program yang diusung oleh Ahmad Ali dan Abdul Karim Jufri berfokus kepada infrastruktur, pertanian, pendidikan dan memperbanyak UMKM.
Dengan program inilah sesungguhnya menjadi solusi dari pasangan Ahmad Ali dan Abdul Karim Aljufri yang sangat komprehensif menuntaskan cerita masyarakat Sulawesi Tengah untuk kemudian mendapatkan harapan baru Sulawesi Tengah menuju Sulteng sejahtera.
Oleh : Maulana Maududi (Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Central Analisa Strategis – DPP CAS / Angkatan 18 Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta)
BERSAMBUNG