Janji kampanye ‘Politikus Ambisius’ pada Pemilu 2024 lalu, khususnya di Dapil yang bersangkutan untuk kembali mendapatkan jabatan sebagai Anggota DPR RI, tentu saja masih terngiang-ngiang di telinga masyarakat sekitar tempat si ‘Politikus Ambisius’ tersebut mengumbar janji manisnya.
Menyalurkan suara dan memilih calon dari Partai yang bersangkutan adalah dorongan kuat dari ‘Politikus Ambisius’ itu saat kampanye di Pemilu Legislatif 2024 lalu.
Dan pastinya dengan segala janji yang sangat muluk untuk menempatkan dirinya kembali menjadi legislator di senayan, apapun dilakukan ‘Politikus Ambisius’ itu agar para pemilih memilihnya kembali.
Dan ternyata, model manusia seperti ini, tercapai keinginannya untuk kembali menjadi Anggota DPR RI Periode 2024-2029 terkabul.
Hal itu ditandai dengan perolehan suaranya yang mencukupi untuk kembali membawa aspirasi masyarakat di daerah pemilihannya menuju DPR RI.
Dan secara hakikat, ‘Politikus Ambisius’ seperti ini harus memahami dengan hati dan akal sehatnya, bahwa ia nya telah kembali dipercayakan untuk menjalani keanggotaannya sebagai Wakil Rakyat dari Dapilnya di DPR RI.
Dan menariknya, ketika kepercayaan pemilih di Dapil keterpilihan sosok ‘Politikus Ambisius’ sebagai anggota DPR RI 2024-2029 belum sama sekali ditindaklanjuti bahkan belum dilantik sebagai Anggota DPR RI periode 2024-2029, serta merta sosok ‘Politikus Ambisius’ itu seolah-olah lupa sehingga mengabaikan janji-janjinya di Pemilu Legislatif lalu dan kini malah kembali memberikan angin surga dengan berkoar kembali menabur janji untuk dirinya sebagai bakal calon Gubernur, Bupati atau Walikota di negeri antah berantah yang akan dihelat pada 27 November 2024 mendatang.
Memang, kenaifan seperti halnya yang dilakukan oleh sosok seperti ‘Politikus Ambisius’ tersebut, kini banyak kita temui di berbagai daerah di Indonesia.
Terpilih sebagai Wakil Rakyat di DPR atau DPRD, lalu tanpa merasa berdosa meninggalkan jabatan yang didapatkannya atas amanah dan pilihan rakyat, dan kemudian malah menjual tampang kembali dengan alasan perintah partai ditunjuk sebagai Calon Gubernur, Bupati atau Walikota.
Dengan beretorika menyebut berbagai macam janji manis partai politik (Parpol) diberikan agar menarik simpati masyarakat sebagai pemilih, adalah kisah manis keopurnisan para politisi yang tidak menempatkan hati dan akal sehatnya sesuai janji-janji manisnya.
Dalam hal ini, masyarakat diminta agar cerdas menyikapi tawaran dari partai politik yang mengusung calon di arena pilgub, pilbup dan pilwalkot, demi mencari massa untuk kepentingan sendiri.
Analisis yang bisa dikedepankan adalah tidak berperannya partai politik (Parpol) dalam menjalankan ideologi sehingga muncul politikus-politikus yang suka menebar janji.
Model seperti yang dilakoni para sosok ‘Politikus Ambisius’ ini tersebar dari partai nasionalis hingga agamais, di samping hilangnya ideologi partai politik dalam mengawasi peran kader berpolitik juga karena lemahnya kaderisasi yang terjadi pada partai politik.
Dengan demikian, menurut hemat penulis, dapat dikatakan adanya keterhubungan antara peran parpol terhadap perilaku para kader atau politikus.
Jika kita membicarakan penyakit yang sedang diidap para politikus khususnya geliat dan gaya berpolitiknya seperti bergentayang tanpa malu sedikitpun para sosok ‘Politikus Ambisius’ dimaksud, adalah dengan melihat apakah ada obat yang diberikan para politikus ini di tengah citra busuk yang tersemat.
Hanya berkekuatan moral, berkali-kali pastinya para sosok ‘Politikus Ambisius’ itu mendatangi masyarakat dan kembali memberikan janji-janji manis ingin mensejahterakan rakyat demi perihal pencalonannya sebagai bakal calon Gubernur, Bupati atau Walikota, dengan melupakan manisnya janji yang ditaburkan olehnya agar dipilih kembali sebagai wakil rakyat saat kampanye pemilu 2024 lalu.
Namun saat terpilih, semua janji itu melayang seakan tidak ada janji-janji sebelumnya yang telah dia ucap sebagai calon Anggota DPR RI.
Pada saat ada calon pemimpin berkampanye meminta agar dipilih masyarakat mengangkat suara agar janji dipenuhi dahulu sebelum pemilihan dilaksanakan untuk menghindari kejadian-kejadian sebelumnya yang melupakan akan janji ketika mereka sudah terpilih.
Kemudian, apabila pemimpin itu sudah berusaha menepati janjinya namun, tidak berhasil karena banyak faktor luar yang terjadi.
Hal ini seringkali terjadi, seorang calon pemimpin memberi jani-janji semata-mata hanya untuk dipilih tujuannya meraih simpati agar orang memilihnya.
Salah satunya iming-iming menyelesaikan masalah dalam perbaikan jalan dalam waktu yang cukup singkat namun hal tersebut tak kunjung selesai juga.
Menghadapi janji politik seperti itu masyarakat semestinya sadar bahwa tidak seharusnya percaya akan janji-janji tersebut karena bisa saja hal tersebut hanya berkekuatan moral semata.
Artinya kita hanya bisa menunggu bukti dari janji tanpa bisa menuntut kepengadilan atas hak yang telah mereka ucap sebagai janji.
Dilain pihak, sosok ‘Politikus Ambisius’ itu tentu tidak memiliki hati nurani dan seharusnya berpikir seribu kali sebelum mengucap janji apakah mereka bisa menepati ketika mereka sudah mendapatkannya.
Artinya, jangan belum apa-apa menyelesaikan amanah rakyat sebagai anggota DPR RI terpilih 2024-2029, lantas dengan seenaknya masih meminta dipilih menjadi Gubernur, Bupati atau Walikota.
Jika hal ini berkelanjutan, sosok ‘Politikus Ambisius’ itu juga yang akan rugi karena kehilangan kepercayaan dari masyarakat, sekaligus dihantui perasaan gagal dengan mengabaikan janjinya.
Artinya apa, dengan rekam jejak para sosok ‘Politikus Ambisius’ selama ini yang sudah sangat baik dalam menyelesaikan amanah yang diembannya sesuai periodesasi yang dilakoninya, sudah sangat berjalan baik, langsung amblas dan menjadi catatan buruk akibat bernafsu mendapatkan jabatan dengan teganya mengelabui para pemilih yang telah memberikan suaranya menjadi Wakil Rakyat di DPR RI.
Dan kini jika berjanji kembali tanpa menjalankan amanah rakyat di tempatnya para sosok ‘Politikus Ambisius’ itu sebagai anggota DPR RI terpilih 2024-2029, maka maupun menerima janji sebaiknya memahami makna ”Pertama-tama kita tidak perlu percaya pada janji-janji”.
Dunia ini penuh dengan janji-janji akan keselamatan abadi, kekayaan, juga cinta tak terbatas.
Tidak sedikit orang-orang seperti sosok ‘Politikus Ambisius’ itu berpikir mereka bisa menjanjikan apa saja agar orang lain percaya begitu saja apapun yang menjamin masa depan mereka lebih baik.
Begitupun dengan para sosok ‘Politikus Ambisius’ yang memberi janji pada pemilu 2024 lalu tapi tak dapat menepati hingga akhirnya kemudian akan merasa tak berdaya dan frustasi dan nasib yang sama juga menanti orang-orang yang percaya akan janji-janji seperti itu.
Dengan adanya janji manis yang dilontarkan para calon Gubernur, Bupati atau Walikota dengan gaya dan model yang disampaikan sosok ‘Politikus Ambisius’ dimaksud, sebaiknya sebagai pemilih jangan mau menjadi obyek yang diperdaya.
Tetapi sebagai pemilih yang cerdas kita harus bisa memastikan apa yang diucapkan peserta pemilu adalah suatu yang realistis.
Dan jika mana tau di Sulawesi Tengah ada sosok yang seperti penulis sebutkan di atas, maka penulis menyarankan agar berhati-hati dengan model tabiat seperti penulis maksud di atas.
Boleh dan sangat wajar sebagai manusia mempunyai ambisi, namun jika muncul sikap ambisius dari calon pemimpin itu, diminta kepada masyarakat untuk mewaspadai.
Jangan pernah mempermainkan apalagi menggadaikan suara rakyat dengan cara mengelabui mereka. Pastinya rakyat memilih para wakilnya ke DPR RI saat itu, bukan untuk dinodai dengan meninggalkan jabatan atas suara yang diberikan rakyat.
Semoga saja para Calon Gubernur, Bupati dan Walikota di Sulawesi Tengah tidak ada manusia yang menyerupai sosok ‘Politikus Ambisius’ yang tak tahu malu dan punya malu itu.
Oleh : Maulana Maududi (Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Central Analisa Strategis – DPP CAS / Angkatan 18 Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta)
BERSAMBUNG












