Soal Kemacetan Pasar Allu, Aco Angkat Bicara

TOPIKTERKINI.COM – JENEPONTO: Pasar rakyat Allu yang berlokasi di Kelurahan Pallengu Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto saat ini sedang dilakukan revitalisasi. Proyek yang dikerjakan oleh CV. Vertomsas ini secara konsepsi sangatlah bagus untuk meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya pedagang pasar.

Namun sayang dalam perjalanan revitalisasi tersebut proyek yang memakan anggaran sebesar Rp6.154.996.050.71 tidak dirancang dengan baik sehingga menimbulkan kemacetan disepanjang jalan yang melintas pasar tersebut.

BACA JUGA: Empoang Selatan berbenah menyambut Mentan

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jeneponto Muh. Jafar mebenarkan itu keadaan yang terjadi tersebut. Ia mengatakan jika pasar Allu merupakan pasar harian sehingga jika proses revitalisasi dilaksanakan tanpa relokasi maka pedagang pasar akan tumpah ruah dipinggir jalan untuk menjajahkan dagangannya. Lebih lanjut leading sektor proyek apa ini menjelaskan tidak adanya relokasi sudah sesuai dengan rancangan anggaran biaya (RAB) proyek revitalisasi pasar Allu.

“Di Rancangan Anggaran Biaya (RAB) itu juga tidak ada lahan parkir. Tapi kita akan coba kondisikan,” terangnya (kamis, 7/11/2019).

Apa yang menjadi pernyataan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jeneponto sontak disanggah oleh Aco. Sebagai tukang ojek yang sehari-hari mengakses jalan tersebut Aco menuturkan keluh kesahnya akibat dari kemacetan yang ditimbulkan oleh revitalisasi pasar tanpa melakukan relokasi.

BACA JUGA: Seorang Anggota Kepolisian Terjaring Razia Satuan Narkoba Polres Jeneponto

“Jalanan merupakan salah satu basis struktur sebab ini berkaitan erat dengan ekonomi, apabila akses jalan terhambat maka tentu roda ekonomi juga turut terhambat, semisal saya sebagai tukang ojek yang berangkat pukul 06.30 sampai pukul 09.00 itu biasanya sudah bisa mengantar penumpang 5-8 orang karena akses jalan yang macet maka penumpang yang saya muat hanya 2-3 orang saja, bayangkan berapa rupiah rantai ekonomi yang terputus. Itu baru seorang tukang ojek lalu bagaimana dengan jenis usaha lainnya yang juga menggunakan akses jalan tersebut”, timpalnya.

Tidak hanya itu Aco yang juga sempat mencicipi bangku kuliah di salah satu perguruan tinggi Kota Makassar mengatakan jika seyogianya sebuah proyek yang berbasis pada orientasi rakyat mesti disusun dengan sebuah rancangan yang sistematis dengan melihat segala kondisi.

“Menurutku sebuah proyek seperti ini yang orientasinya untuk rakyat mesti dirancang dengan seksama dan memerhatikan kondisi yang ada, baik itu kondisi sosial, kultur, proses perputaran ekonomi dan asa manfaatnya. Nah, kalau pengerjaan proyek revitalisasi ini tidak memiliki rancangan relokasi itu sama saja pihak pemerintah tidak memerhatikan aspek perputaran ekonomi rakyat yang ada disekitar sana.

BACA JUGA: BREAKING NEWS: Diduga Kasus Siri’, Rumah di Empoang Selatan di Serang Massa

Negara harus lebih tajam melihat hal-hal demikian sebab kami masyarakat kecil yang mencari rupiah dalam jumlah kecil itu sangat terkena efek dari kemacetan tersebut, berapa rupiah kehilangan kami, belum lagi para pedagang pasar yang tentunya tidak merasa nyaman berjualan dipinggir jalan, ini sangat mengancam keselamatan masyarakat jika sewaktu-waktu ada kendaraan yang melaju dan kehilangan kendali lalu menabrak pedagang seperti yang terjadi di Bandung beberapa waktu lalu” pungkasnya. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *