Mahir Menggunakan intuisi atau instink menjadikan wartawan besar dan ternama
Oleh: Andi. Abd. Wahab MG Kr. Butung
Pemimpin Umum/Redaksi topikterkini.com
Disitir oleh B. M Diah bahwa, belum ada statistik yang mencatat jumlah Wartawan yang menjadi besar dan ternama, oleh karena ia mempraktekkan pelajaran pelajaran yang diberikan di sekolah kepadanya. Tetapi pada umumnya Wartawan menjadi besar dan ternama, karena mahir menggunakan panca indera ke enam yang disebut intuisi atau instink. Dan ini tidak ditemukan pada mata pelajaran di sekolah manapun juga, ia ditemukan dari diri sendiri.
Disinilah letak seorang wartawan menjadi besar dan ternama, karena kemampuan dan keahliannya menggunakan panca indera untuk menyingkap tabir rahasia dari bisikan bisikan halus (ilham). Ia dapat merasakan apa yang orang lain tidak rasakan.
Sehingga Sakti Alamsyah (alm) Pemimpin Umum Surat Kabar Harian Pikiran Rakyat Bandung mengakui bahwa, untuk melahirkan seorang wartawan lebih berat dan lebih sulit daripada melahirkan seorang dokter dan insinyur.
Pernyataan ini dibuktikannya secara realitas bahwa, untuk menjadi seorang dokter atau insinyur, seseorang cukup menempuh jalur pendidikan formal. Dimulai dari sekolah lanjutan tingkat atas(SLTA) bagian ilmu pasti alam, kemudian lanjut ke Fakultas Kedokteran. Maka jika ia seorang yang pandai, rajin dan ulet dalam tempo tujuh tahun sudah mengantongi ijazah dan menyandang gelar dokter. Demikian pula halnya dengan seorang insinyur.
BACA JUGA: Pers Indonesia adalah alat Perjuangan Bangsa
Tetapi untuk menjadi seorang wartawan yang benar benar wartawan tidak demikian halnya. Karena meskipun ia seorang lulusan Fakultas Publisistik ditambah pengalaman kerja selama lima tahun atau sepuluh tahun, maka belum tentu atau tidak selalu berarti bahwa ia bisa menjadi wartawan yang sebenarnya.
Nah, untuk menjadi wartawan yang baik, Prof. Dr. Floyd G, Arfan menurunkan beberapa syarat yang tidak mudah dimiliki oleh setiap orang. Tetapi bagi seorang wartawan, harus mampu memenuhi persyaratannya. Karena bobot wartawan dapat diukur atau ditentukan dari kemampuannya mengusai atau memenuhi persyaratannya.
Persyaratannya yaitu, wartawan harus menguasai bahasa, harus cakap menulis, harus mampu melakukan penjiwaan, berpandangan atau berpengetahuan luas, harus cermat dalam pembagian waktu atau mampu mengatur waktu sebaik baiknya, diharuskan tekun baca terus, harus dewasa atau matang dalam berfikir, dan fikiran harus tajam atau dipertajam.
Selain itu, John Hohenberg dari Universitas Columbia salah seorang diantara para pemenang hadia Pulitzer yang setiap tahun diberikan di Amerika, mengungkapkan dalam tulisannya yang berjudul “The Profesional Journalist” (“Profesi Wartawan”) bahwa wartawan yang baik adalah, ia bergerak cepat dan tepat, namun cukup tenang.
Ia mengajukan pertanyaan pertanyaan khusus, kadang kadang bernada anti, beraksi dan mengadakan reaksi pada waktu waktu bila dianggapnya perlu berbuat demikian. Ia tahu berita hari itu. Ia amat rajin membaca surat kabar, majalah dan mendengarkan setiap siaran penting untuk dapat menguasai perkembangan dan mencari latar belakang dari perkembangan itu.
BACA JUGA: Pentingnya Peranan PERS Dalam Pembangunan
Ia berpendidikan tinggi dan benar benar pembaca buku bermutu. Ia tidak hanya memperhatikan apa yang terjadi saja, tetapi ia juga memperhatikan dan bahkan meneliti mengapa sampai terjadi dan apa pula yang mungkin terjadi di masa selanjutnya. Ia begitu rajin seperti seolah-olah ia tidak pernah berhenti.
Bila ia memasuki persoalan tampa tergesa-gesa atau sikap sembrono, bila ia meyakinkan sesuatu tampa fanatik, ia mempunyai pandangan yang luas, tapi tegas dan praktis mudah dimengerti.
Ia orang yang suka meragukan sesuatu namun tanpa sinis. Pandangannya amat mendalam tapi tidak bertele-tele. Ia selalu berhati-hati tapi tidak seperti orang tolol yang bimbang.
Cara berfikirnya bebas tapi tanpa alasan yang dibuat-buat. Ia orang yang selalu sistematis tapi tidak texbook. Ia bekerja jauh lebih lebih banyak daripada berita yang dibuatnya.
Jurnalistik bukanlah bidang kerjanya bila ia hanya bertindak sebagai terompet biasa. Ia harus merupakan tenaga utama dan pemegang roll terpenting dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tenaga atau kekuatan dalam menyampaikan dan menjelaskan bahkan kadang kadang menyampaikan keadaan dunia yang demikian luas itu seadanya tampa mengenyampingkan pendapat pendapat atau gagasan gagasan yang hidup dalam kehidupan manuasia walau sekecil kerikil sekalipun.
Ia merentangkan pemberitaan itu dengan amat cepat dan tepat meliputi seluruh rakyat tanpa batas melalui cara cara yang demikian meluas.
Itulah gambaran yang diberikan John Hohenberg tentang seorang wartawan yang dapat dianggap memenuhi syarat sebagai seorang wartawan terbaik. Untuk itu, peliharalah kecakapan dan kepandaian setiap wartawan untuk mencapai bobot wartawan terbaik.
Dari uraian diatas, dapatlah ditarik beberapa pendapat yang disimpulkan antara lain:
- Bahwa tidak mudah memberi defunisi yang gamlang, konkrik, konstan, dan universal tentang “wartawan” dan “profesinya”, oleh karena luasnya cakupan yang dimilikinya, dan tidak adanya kesatuan pandangan atau adanya perbedaan pandangan tentang “wartawan” dan “profesinya” itu.
- Profesi wartawan adalah pekerjaannya disadari akan mengikat kehidupan seorang wartawan untuk mengabdi dan setia pada profesinya dari awal sampai akhir. Karena itu, ia berbeda dengan apa yang lazim disebut “profesi”.
- Wartawan profesional senantiasa merasa bebas dari segala ronrongan atau tuntutan pribadi dari manapun datangnya. Ia bergerak tidak untuk mencekik leher pribadi dan tidak untuk dicekik oleh kepentingan pribadi. Karena itu, menjalankan suatu “mission”, ia senantiasa menggenggam empat atribut profesionalnya.
- Bobot wartawan sangat tergantung dari kecakapan atau profesionalisasi dan kemampuan intelektual masing masing. Ia dapat menjadi wartawan besar, wartawan ternama, wartawan hakiki, wartawan yang baik, dan menjadi wartawan terbaik.
- Untuk mencapai jenjang bobot wartawan, maka tentu saja hanya orang yang mau mengerti dan memahami tentang seluk beluk pers(dunia kewartawanan). Seyogianya harus dimulai dengan gaya merangkak, melangkah tertatih-tatih, berjalan dengan tegap, dan kemudian berlari untuk berpacu dengan zaman komunikasi mutakhir yang serba kompleksitas kini.
Tak dapat ditawar tawar lagi bahwa cakrawala berfikir dan pengetahuan merupakan alat utama dari profesi wartawan. Karena tak dapat ditawar tawar juga bahwa masyarakat kini mulai tanggap, jeli dan kritis terhadap suatu sajian informasi. Sehingga sebagai sumber informasi, ia harus mampu menjadi “filter” yang baik dalam prilaku kehidupan masyarakat.
BACA JUGA: Wartawan Profesional, Kepentingan Umum Diatas Kepentingan Pribadi
Dalam menghadapi penomena ini, satu satunya tolok ukur adalah hati nurani wartawan yang telah memiliki landasan konstitusional, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sedang landasan strateginya, adalah GBHN seperti yang diamanatkan oleh rakyat dalam MPR, dan landasan profesional serta operasionalnya yakni Kode Etik Jurnalistik wartawan Indonesia.
William Randolph Hearst, salah seorang pembawa suara “kerajaan” persurat kabaran mengungkapkan, bahwa etika kewartawanan adalah yang tertinggi dari pekerjaan manapun juga di dunia ini. Seorang wartawan yang berhati nurani harus memenuhi fikiran fikirannya sendiri.
Mengenai kebenaran dan keadilan, dia harus menyesuaikan dirinya pada nilai nilai tinggi tentang hal ini, yang telah dibina oleh publik untuk dirinya. Apabila orang orang Media yang bersejarah telah membicarakan tentang etika dan hati nurani di dalam profesi kewartawanan, maka cerita cerita tentang skandal dibalik berita isapan jempol memang sudah sewajarnya harus di tinggalkan.
Dan sebagai produk lanjutnya, kepercayaan masyarakat pada bobot wartawan dengan sendirinya meningkat pula. Citra kewartawanan nasional Indonesia akan menerangi buana ini. Sebagaimana diungkapkan oleh Presiden Soeharto bahwa, “Ada dua yang menerangi alam semesta ini, yakni bintang di langit dan pers di bumi”.
Oleh: Andi. Abd. Wahab MG Kr. Butung
Pemimpin Umum/Redaksi topikterkini.com
Mahir Menggunakan intuisi atau instink menjadikan wartawan besar dan ternama