Di Butta Turatea jeneponto ada sebuah cerita yang beredar dan mewarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya
Cerita tersebut berkisah tentang keberanian seseorang yang bernama (I Maddi Daeng Rimakka), seorang pemberani kerajaan Gowa di Binamu dan pernah ditawan oleh kompeni belanda.
Dia dimuliakan di Layu, pemimpin di Balandangan, penguasa di Binamu dan di persiapkan untuk menjadi Raja di Turatea.
Cerita bermula, ketika Karaeng Bodo-Bodoa (orang dekat I Maddi Daeng Rimakka) dan beberapa bangsawan lainnya, mengambil (mencuri) beberapa ekor kerbau dan kuda milik Karaeng Bontotangnga pada malam hari, yang kemudian mereka potong dan di santap bersama di pesta minum arak, sehingga di keesokan harinya terlihat bekas dan sisa-sisa makanan di tempat tersebut.
Padahal seharusnya kerbau dan kuda itu akan dijadikan santapan pada pesta yang akan di selenggarakan oleh Karaeng Bontotangnga, Pesta pernikahan yang akan digelar dalam jangka waktu yang tidak lama lagi.
BACA JUGA: Pererat Silaturahmi, Kapolres Takalar Kunjungi Rumah Karaeng Laikang
Tak lama kemudian, berita tersebut sampai di telinga Karaeng Bontotangnga dan sebagai responnya, Karaeng Bontotangnga memanggil para Pemangku Adatnya menghadap untuk dimintai pendapat terkait peristiwa tersebut.
Setelah pemangku adat tiba di istana dan nyirih beberapa saat, Karaeng Bontotangnga berkata, “Wahai para pemangku Adatku, berilah satu solusi atas musibah yang menimpa keluarga istana ini. Saya merasa merasa malu karena pesta akan segera dilaksanakan, sementara kerbau dan kuda habis di pesta minum arak.”
Mendengar perkataan sang raja, para pemangku adat kebingungan sehingga tak satupun solusi yang terlontar dari mulut mereka.
Melihat pemangku adatnya bingung, maka sang Raja bertitah, “Pergilah ke I Maddi Daeng Rimakka. minta pertanggungjawabannya, Karena Ia juga ikut di pesta minum arak tersebut.”