Sejarah singkat I Maddi Daeng Rimakka, Tewas dalam perang demi harga diri

Mendengar itu, ayah dan ibu I Maddi (yang juga ada di tempat) menasehati anaknya. Katanya, “Apakah hanya kerbau seekor dan kuda beberapa ekor sehingga engkau ingin merenggang nyawa, Anakku? Engkau pandang remeh masalah ini, Bagaimana jika sekiranya di medan perang engkau dikalahkan? Bukankah itu cukup menyulitkanmu dan membuatmu putus asa?”

Tapi I Maddi tidak bergeming, Bahkan dengan gagahnya Ia berkata, “Tidak seorangpun yang aku takuti, Siapapun di depanku akan aku hantam dengan tombak dan keris pusaka. Meskipun orang kebal aku akan membunuhnya. Aku akan bergerak laksana elang menyambar mangsa, seperti burung garuda menerkam musuhnya.”

“Jika itu menjadi keputusanmu, maka lakukanlah! Engkau tidak mau lagi menerima nasehatku, maka saranku berhati-hatilah di medan laga.” Pasrah ayah I Maddi.

“Perbaiki taktik dan strategimu, karena lawanmu itu sebenarnya dari Bone, Karaeng Bontotangnga adalah orang keras dan berpengalaman di medan perang.” Lanjutnya.

BACA JUGA: Makam Raja Binamu ke 16 Palangkei Dg lagu

Sadar bahwa perang pasti akan terjadi, I Maddi mengutus Jolo Daeng Mannilingi dan Seke Daeng Manrokkai untuk menemui Raja Cina di Bontoala.

Tujuannya agar Raja Cina tersebut bisa memberikan bantuan 8 buah baju besi, lamin 4 pasang, baju berantai 40 buah, dan senjata 12 pucuk lengkap dengan pelurunya.

Namun harapan I Maddi tidak terpenuhi, Bahkan kedua utusannya itu hanya membawa pesan dari Raja Cina, agar menghindari perang karena kedua belah pihak masih satu keluarga. Juga agar I Maddi rela memenuhi permintaan karaeng bontotangnga, karena itu memang kewajiban I Maddi Daeng Rimakka.

Mendengar pesan dari Raja Cina tersebut, I Maddi berkata sambil mengusap airmatanya, “Aku malu jika rencana ini tidak diteruskan. Ibarat kuda, pelananya sudah terpasang. telah kuputuskan apapun yang terjadi, akan ku pikul meskipun berat.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *