Sejarah singkat I Maddi Daeng Rimakka, Tewas dalam perang demi harga diri

Melihat kondisi yang kurang menguntungkan, I Maddi berkata, “Apakah kau sudah lupa Ballaco pada saat aku menikah dengan keluargamu, I Mulli Daeng Massayang di Tonrokassi?”

“Percuma mengingat kebaikan masa lalu bila sudah terlanjur di medan perang, Kenangan manis tidak berarti apa-apa jika harga diri telah dilecehkan.” Ballaco membalas.

“Jika demikian, kita pasti bertempur dan aku tidak tidak akan gentar menghadapimu.” Seru I Maddi.

Pada saat yang bersamaan, I Maddi mengayunkan tombaknya laksana kerbau di atas titian, Mengamuk membabi buta.

Tapi baru tiga kali menyerang, Ia terkepung, Karaeng Bontotangnga dan Ballaco dari depan, I Cangkiyong dari samping, dan I Pa’da dari belakang, bersama-sama menghunjamkan tombaknya ke arah I Maddi hingga jatuh tersungkur ke tanah.

BACA JUGA: Sejarah Singkat Kerajaan Yang Pernah Berkuasa di Sinjai

Gigi merahnya patah, tujuh belas luka di tubuhnya, dan tiga jemarinya terputus kena tombak.

Yah, I Maddi Daeng Rimakka kalah, Ia sudah tak mampu melawan, Hujaman puluhan tombak tak sanggup Ia tepis, hingga Sang Pemberani meregang maut. Ia tewas di tangan Karaeng Bontotangnga dan sekutunya, Tewas di atas keperkasaan dan keberaniannya yang tak pandang bulu.

Dikutip Dari Buku: “I Maddi Daeng Rimakka” Sang Raja Di Telan Maut

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *